Mohon tunggu...
Adriansyah Abu Katili
Adriansyah Abu Katili Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo.

Saya dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Memiliki hobi membaca dan menulis. Saya membaca buku fiksi maupun non fiksi dan puisi. Saya juga suka menulis, baik tulisan ilmiah, ilmiah populer, fiksi, dan puisi.,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Guru

28 April 2024   09:13 Diperbarui: 28 April 2024   09:20 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya, Pak." Jawab kami

"Apa yang kalian rasakan selama sholat?"

Kami tak ada yang menjawab. Kami bingung. Ada yang menjawab, "Ketakutan kalau-kalau sholat kami salah sehingga kami dibakar di api neraka."

Pak guru ini tersenyum.

"Anak-anakku, Tuhan itu Maha Cinta dan Maha Mengerti. Dia cinta kepada hambanya yang mendambakan cintanya. Dia mengerti bahwa hambanya tidak sempurna dan tidak mungkin menggapai kesempurnaan termasuk kesempurnaan dalam beribadah. Jadi jangan takut bahwa Dia yang maha cinta akan menyiksamu karena sholat yang tidak sempurna"

Aku terharu. Untuk pertama kalinya selama bersekolah, aku merasakan kesejukan. Aku merasakan cinta Tuhan. Untuk pertama kalinya aku merasa bahwa Tuhan memang Maha Sayang, seperti dalam ungkapan yang selalu diucapkan setiap memulai Alfatihah dan pekerjaan lainnya.

Di hari lain Pak Guru itu berkata lagi. "Tuhan itu Maha Indah dan menyukai  keindahan. Dia ingin kita bisa merasakan keidahanNya. Maka dia menurunkan agama agar kita bisa larut dalam keindahanNya. Maka dia menurunkan kitab suci agar kita bisa merasakan cintaNya yang agung. Alquran adalah surat cinta-Nya."

Aku ingat, kata-kata ini adalah ungkapanku yang menyebabkan guru yang dulu marah. Aku merasa beryukur bahwa ada guru agama yang seidea dengan aku.

Senyap sesaat. Seakan dia memberikan kami waktu untuk mencernakan kata-katanya. Bebersapa saat kemdian dia berkata, "Pernahkah kalian membaca puisi?"

Aku yang memang suka membaca puisi menjawab, "Pernah, Pak."

"Apa yang anakku rasakan ketika membaca puisi?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun