"Hah, tambah sombong kau dan kini menjadi pembohong. Kau kupu-kupu yang berasal dari ulat bulu. Lalu berubah menjadi kepompong. Lalu menjadi kupu-kupu. Lupakah kau sejarah dirimu sendiri?"
"Apa? Sejarah? Kau jangan mengarang, semut?"
"Hah? Ingkar lagi. Aku heran bagaimana kau bisa luput dari serangan semprotan pestisida petani pemilik tanaman yang kau gerogoti daunnya semasa kau menjadi ulat."
Kupu-kupu terdiam. Tak bisa mengelak lagi. Mengingat kejadia itu dia gemetar. Teringat bagaimana dia susah payah menyelamatkan diri dari kematian. Ngeri mengingat saudara-saudaranya yang merenggang nyawa disapu pestisida sang petani.
Semut beraksi lagi.
"Hey makhluk sombong. Sini, aku ceritakan sebuah sejarah.Agar kau sadar sejarah biar tak sombong. Pernahkah bangsamu dihormati oleh tokoh besar dalam sejarah manusia? Apakah bangsamu dihormati oleh sang pencipta sehingga nama bangsamu diabadikan sebagai nama salah satu surat dalam kitab suci? Pernahkah kau mendengar surat An Naml yang berarti semut? Adakah surat dalam Alquran bernama surat kupu-kupu? Tidak ada hey mahkuk sombong."
"Apakah juga bangsamu dihormati raja diraja, penguasa kerajaan angin, darat, sampai dasar laut, penguasa manusia sampai makhluk jin? Pernahkah kau membaca kisah raja besar, Nabi Sulaiman yang menghentikan pasukan besarnya demi karena menghormati bangsaku yang sedang melata di tanah, di suatu lembah? Ha, perlu kau tahu hey kupu-kupu, Raja Nabi Sulaiman tidak menghentikan pasukannya hanya karena ingin menikmati tarian sayapmu yang aduhai, tidak sama sekali. Dia menghormati bangsaku yang melata. Dia tidak ingin menjadi penyebab kematian bangsaku dengan pasukan besarnya. Dia menghormati eksistensi bangsaku sebagai semut yang hidup dalam kebersamaan."
Semut dia sejenak untuk mengambil napas.
" Kami saling menghargai, tidakkah kau perhatikan bagaimana kami saling menghormati ketika berpapasan di jalan? Pernahkah kau melakukan itu hai makhluk yang merasa cantik dan mulia? Dan perhatikan, apakah dengan kemuliaan ini kami bangsa semut lantas sombong? Insya Allah tidak akan. Kami tetap melata di tanah. Cara berjalan kami tetap dalam keadaan sujud, sujud kepada dia sang pencipta, yang memberikan kemuliaan kepada siapa saja yang dia kehendaki"
Semut berhenti sejenak untuk memberikan kesempatan berpikir kepada kupu-kupu.
"Jadi sadarlah tentang sejarah dirimu sendiri, hey makhluk cantik sombong. Dan belajarlah dari sejarah bangsa lain agar kita menjadi arif."