Mohon tunggu...
Adriansyah Abu Katili
Adriansyah Abu Katili Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo.

Saya dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Memiliki hobi membaca dan menulis. Saya membaca buku fiksi maupun non fiksi dan puisi. Saya juga suka menulis, baik tulisan ilmiah, ilmiah populer, fiksi, dan puisi.,

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahasa sebagai Sarana Memimpin

10 Februari 2024   18:42 Diperbarui: 23 Februari 2024   19:04 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adam diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di bumi. Khalifah artinya pemimpin. Alkisah setelah diciptakan, Allah mengajarkan segala nama-nama benda di alam kepada Adam. Pertanyaan, mengapa yang diajarkan Allah adalah nama-nama benda, bukan ilmi manajemen, kepemimpinan, dan ilmu politik? Bukankah menurut filsafat kepemimpinan, ketiga ilmu di atas sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin?

Ternyata, setelah dipikir-pikir, Allah mengajarkan nama-nama benda itu ada alasannya. Mengajarkan nama-nama benda berarti Allah mengajarkan bahasa kepada Adam. Ternyata dalam kepemimpinan bahasa berfungsi sebagai sarana berpikir yang dibutuhkan dalam kepemimpinan. Seorang pemimpin harus bisa berpikir logis dalam mengambil setiap keputusan. 

Yang kedua, bahasa adalah sarana komunikasi. Seorang pemimpin selalu butuh berkomunikasi dengan rakyat yang dipimpinannya. Bahasa seorang pemimpin harus efektif, dalam arti bisa dipahami oleh rakyat. Ketidakmampuan seorang pemimpin dalam berkomunikasi dengan bahasa yang baik akan menyebabkan kekacauan.

Baca juga: Bahasa dan Politik

Bagi rakyat, bahasa menjadi sarana menilai kecerdasan seorang yang mengajukan dirinya menjadi calon pemimpin.  Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan intelektual, yaitu kecerdasan berpikir dan kecerdasan ilmiah. Kecerdasan berikutnya adalah kecerdasan spiritual, yakni kecerdasan keimanan. Mereka yang memiliki kecerdasan ini akan terdeteksi dari, antara lain, etika saat berbicara, baik dengan sejawatnya, bawahannya, ataupun seniornya.

 Kecerdasan selanjutnya adalah kecerdasan emosional. Mereka yang cerdas secara emosional akan mampu mengelola emosinya. Dia tidak akan bersikap emisional saat dikritik. Seseorang yang memiliki kecerdasan. Mereka yang memiliki kecerdasan emosional akan nampak pada caranya berbicara, baik lisan maupun tulisan. Ini nampak pada pilihan kata, bentuk kalimat, maupun intonasi kalimat dan kata. Kita bisa menilai kecerdasan emosional seseorang dari fitur bahasa ini. Kemampuan dan ketidakmampuan mengelola emosi menentukan keberhasilan dan kegagalam komunikasi dengan segala lapisan masyarakat yang dipimpin. Sebagaimana telah dikatakan di atas, komunikasi menentukan keberhasilan kepemimpinan.

Jadi, kesimpulan yang dapat saya katakan adalah bahwa bahasa adalah sarana memimpin. Maka bila mau menjadi pemimpin yang sukses, kuasai bahasa yang baik sebelum menguasai teori kepempinan lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun