Mohon tunggu...
Khoirun Nisa
Khoirun Nisa Mohon Tunggu... Jurnalis - Creative Writer

Pengerak Media Dakwah. Jika kamu mengetahui harga sebuah hasil maka tidak ada rintangan yang menghentikanmu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menerima Diri Sebelum Januari Kembali

31 Desember 2020   08:07 Diperbarui: 31 Desember 2020   15:57 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Canva
Canva

Kita perlu belajar untuk berhenti mencoba mengendalikan semua hal, sebab tidak semua hal ingin dikendalikan oleh kita. Dalam hidup begitu banyak hal yang ingin kita coba kendalikan. Ada kalanya kita selalu berpikir bahwa segala sesuatu yang di bawah kendali kita akan berakhir dengan baik, padahal tidak sepenuhnya begitu. Saat kita berusaha mengontrol semua hal yang mungkin kita percaya mampu terarah dengan baik tapi ternyata tidak, malah akan membuat kita kecewa, sebab tidak semua hal ingin dikontrol oleh kita.                                  

Pekerjaan orang lain, perasaan, waktu,  padahal yang bisa kita lakukan hanyalah mengendalikan diri sendiri. Mengendalikan diri sendiri untuk berproses lebih baik, sebab kita tidak bisa mengendalikan pendapat orang lain terhadap diri kita. Kadang kita hanya perlu mengambil setiap perkataan itu untuk naik tangga kehidupan berikutnya. Bahkan waktu tidak akan mampu kita kendalikan, maka belajarlah mengendalikan apa yang benar-benar mampu untuk kita kontrol, kalau pun kita butuh bantuan, jangan ragu untuk itu, karena bertumbuh kita perlu bantuan dan dukungan orang lain.

Pekerjaan orang lain pun tidak sepenuhnya dapat kita kontrol dengan baik, maka kita tidak perlu terlalu berambisi untuk mengambil control pada pekerjaan orang lain, pada target orang lain. Sebab yang bisa kita kendalikan adalah diri kita sendiri, tentang segala apa yang bisa membuat kita semakin menjadi manusia yang lebih baik.

3. Tidak semua harus kita layani dengan hati

Canva
Canva

Sebagai manusia kadang kita mengalami perang antara pikiran dan hati. Pikiran inginnya ini sedangkan hati maunya yang lain. Dan, kebanyakan kita lebih mengutamakan hati lebih sering di banyak hal dari pada pikiran kita sendiri. Padahal kita sadar tidak semua hal harus kita sikapi pakai hati, ada banyak hal pula yang harus di pikirkan baik-baik dengan logika sebelum memutuskan harus mengambil jalan mana. Lalu bagaimana dengan mereka yang memang sifat bawaannya adalah orang yang lebih mengutamakan perasaan dari pada logika?

Sebaiknya kita perlu bertanya pada diri sendiri, apa yang harus saya lakukan dengan ini?

Hati dan pikiran perlu kita perluas lagi, perlu kita singkronisasikan lagi. Ibarat jungkat jungkit ada kalanya kita harus lebih mengutamakan perasaan, ada saatnya pula kita perlu mengutamakan logika pada hal-hal yang mungkin tidak selaras dengan hati dan kehidupan, tapi ada waktunya juga logika harus bekerja sama dengan perasaan, tergantung dengan situasi yang sedang kita hadapi. Sebab jika dengan perasaan saja kita memutuskan suatu hal, akan banyak hal lain yang mungkin tidak akan berjalan dengan baik.

Tentunya setelah kita mengenali diri sendiri apakah kita termaksud orang yang lebih cenderung memutuskan suatu hal dengan hati atau pikiran, Sebab hati dan pikiran punya tempatnya masing-masing untuk kita kerjakan.

4. Berlebihan dalam percaya diri juga tidak sepenuhnya baik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun