Ketika kita mengingat apa yang terjadi di dunia ini pada akhir tahun 1991, tentu orang-orang akan menjawab glasnos, runtuhnya Uni Soviet atau runtuhnya sistem sosialis, dan menjadi akhir pertarungan ideologi dunia. Runtuhnya sistem ekonomi sosialis menjadi titik awal kemenangan sistem ekonomi kapitalis dan demokrasi liberal.
Sistem ekonomi kapitalis mampu bertahan menghadapi zaman, memberikan banyak inovasi, mempercepat pembangunan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, dibalik seluruh dampak positifnya itu, apakah sistem ekonomi kapitalis adalah sistem ekonomi yang ideal dan mampu menciptakan walfare state atau utopia?
Sebelum itu kita harus memahami dulu apa itu sistem ekonomi kapitalis. Jika berbicara tentang sistem ekonomi kapitalis tentu kita akan mendapatkan beberapa aspek penting, yaitu pasar bebas, hak kepemilikan pribadi, upah tenaga kerja, dan produksi diarahkan untuk keuntungan sebesar-besarnya.
Adam Smith di dalam bukunya berjudul "The Wealth of Nations" untuk pertama kalinya memperkenalkan konsep pasar bebas. Sistem ekonomi pasar tidak boleh di intervensi oleh pemerintah, dan harus dibiarkan bebas mengatur dirinya sendiri. Karena Adam Smith berpandangan bahwa setiap orang selalu didorong oleh kepentingan pribadi atau self interest dan ketika kita ingin memenuhi kepentingan pribadi tersebut tanpa sengaja kita akan memenuhi kepentingan orang lain. Dengan kebebasan individu untuk
Di sini kita akan mencoba mengkritik sistem ekonomi kapitalis yang berkembang pada saat ini di dunia.
Kesenjangan Ekonomi
Sistem ekonomi kapitalis cenderung menciptakan kesenjangan ekonomi yang begitu besar. Menurut sebuah laporan, sebanyak 1% populasi menguasai 38% kekayaan dunia, 10% menguasai 76% kekayaan dunia, 40% menguasai 22% kekayaan dunia, dan 50% populasi menguasai 2% kekayaan dunia (WIR, 2021). Mekanisme pasar yang tidak diatur dengan baik dapat menyebabkan monopoli pasar dan akumulasi ekonomi yang tidak adil oleh segelintir kecil orang sehingga yang kaya semakin kaya dan yang miskin tetap atau semakin miskin.
Eksploitasi Tenaga Kerja
Dalam sistem ekonomi kapitalis, para pemilik modal memiliki hak untuk mempekerjakan tenaga kerja dan menentukan upah para pekerja. Hal ini kerap menimbulkan eksploitasi terhadap tenaga kerja, di mana para pekerja mendapatkan upah yang rendah, hak yang terbatas, dan kondisi kerja yang buruk.
Pengaruh Korporasi yang Terlalu Besar
Pengaruh korporasi yang terlalu besar kerap kali mempengaruhi kebijakan politik di suatu negara. Intervensi korporasi terhadap pemerintah dilakukan untuk melancarkan kepentingan pribadi, seperti pemotongan pajak, memperpanjang kontrak, dan menghalalkan pengrusakan lingkungan demi akumulasi kapital.
Kerusakan Lingkungan
Kapitalisme menjadi aktor utama kerusakan lingkungan. Eksploitasi manusia terhadap alam adalah kelanjutan dari eksploitasi manusia atas manusia. Deforestasi secara berlebihan dengan dalih memperluas industrialisasi, perluasan kapital dan pemanfaatan lahan kosong kerapkali tidak melibatkan AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) dalam pembuatan keputusannya, hal ini berdampak pada kerusakan lingkungan sekitarnya, menyisakan banyak bekas, dan dapat berefek pada kemudian hari.Â
BBC Indonesia (2021) melaporakan terjadi banyak kerusakan lingkungan akibat tambang, yang berefek kepada warga sekitar. Dari mulai Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, hingga Papua terjadi banyak kerusakan lingkungan di wilayah lingkar tambang. Kerap kali masyarakat menjadi korban, mulai dari terkena penyakit, kehilangan mata pencaharian, hingga kematian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H