Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji, mereka pulang dengan hati yang lebih lapang. Hubungan mereka kini terasa lebih kuat dari sebelumnya. Cinta mereka yang sempat terguncang kini kokoh seperti Ka'bah yang berdiri megah di tengah padang pasir.
Kembali ke Samarinda, mereka membawa cerita baru. Menara Asmaul Husna, sungai Mahakam, dan segala kenangan di kota itu menjadi lebih bermakna. Mereka menjalani hari-hari penuh cinta dan keberkahan, dengan satu tujuan bersama: menjaga cinta hingga akhir usia, dan bersama-sama menuju surga-Nya.
Setelah kembali ke Samarinda, kehidupan Bayu dan Marta terasa lebih damai. Mereka menyadari bahwa perjalanan suci di Tanah Suci telah memberi makna baru pada hubungan mereka. Setiap langkah yang mereka ambil sekarang adalah langkah penuh syukur dan pengabdian, baik kepada Allah maupun kepada satu sama lain.
Suatu sore, di tepi Sungai Mahakam, Bayu mengajak Marta duduk di bangku kayu yang menghadap ke aliran sungai. Matahari sedang tenggelam, mewarnai langit dengan gradasi jingga dan ungu yang memukau. Samarinda tampak begitu indah, dan Marta merasa betapa kota ini menjadi saksi perjalanan panjang mereka.
"Bayu," Marta memulai, "ada satu hal yang ingin aku sampaikan sejak kita pulang dari haji."
Bayu menoleh, menatap istrinya dengan penuh perhatian. "Apa itu, Marta?"
"Aku merasa bahwa selama ini aku terlalu sibuk mencari kebahagiaan di luar. Aku sering lupa, kebahagiaan itu sebenarnya sudah ada di rumah kita, di antara kita," ucap Marta dengan suara bergetar. "Perjalanan kita ke Tanah Suci mengingatkanku bahwa cinta ini adalah anugerah terbesar yang harus kita jaga."
Bayu tersenyum, meraih tangan Marta. "Aku pun begitu, Marta. Aku terlalu banyak membiarkan ego menguasai diriku. Tapi sekarang, aku tahu satu hal---kita masih punya waktu untuk memperbaiki semuanya, untuk menjalani hidup ini dengan penuh cinta dan iman."
Malam itu, di bawah temaram lampu jalan yang memantul di sungai, mereka kembali mengucap janji. Bukan janji yang diucapkan dengan kata-kata megah, tapi dengan hati yang tulus. Janji untuk terus bersama, dalam keadaan apa pun, hingga ajal menjemput.
Hari-hari berikutnya diisi dengan kebiasaan baru yang lebih bermakna. Mereka semakin rajin menghadiri kajian di Islamic Center, berbagi ilmu dengan sesama, dan aktif dalam kegiatan sosial di lingkungan mereka. Marta sering mengajak Bayu berjalan-jalan di pagi hari, menikmati udara segar Samarinda, sementara Bayu membantu Marta merapikan taman kecil di rumah mereka.
Suatu hari, Bayu membawa kabar baik. "Marta, aku punya ide. Bagaimana kalau kita membantu orang lain yang ingin berangkat haji? Kita bisa membagikan pengalaman kita, memberi motivasi, atau bahkan membantu mereka menabung."
Marta tersenyum lebar. "Itu ide yang luar biasa, Bayu. Aku selalu percaya bahwa kebahagiaan itu akan berlipat ganda jika kita berbagi. Aku akan mendukungmu sepenuh hati."