Hmm, Dia panggil "Yank"
Oleh:Penadebu
Siang itu, aku baru saja selesai bekerja dan mampir ke konter pulsa di dekat rumah. Cuaca cukup terik, dan rasa haus hampir saja membuatku malas keluar, tapi kuputuskan untuk membeli pulsa dan paket data, mumpung masih ada waktu. Konter kecil dengan plang bertuliskan "Rudy Conter" itu sudah sering aku datangi, bukan hanya karena letaknya dekat, tapi juga karena pelayanan di sana cepat dan harganya pas.
Di balik konter berdirilah Anita, penjaga konter yang sudah kukenal beberapa bulan terakhir. Sosoknya sederhana, dengan rambut panjang yang selalu diikat dan senyum ramah yang tak pernah lepas dari wajahnya. Setiap kali aku datang, dia selalu melayani dengan cepat, sambil bercakap ringan tentang hari-hari yang biasa saja.
"Halo, Kak! Biasa ya, pulsa seratus ribu sama paket data tiga gigabyte?" tanya Anita sambil menyiapkan ponselnya.
Aku mengangguk. "Iya, yang itu aja."
Dengan cekatan, jari-jarinya menari di atas layar ponselnya, memasukkan nomorku dan menyelesaikan transaksi. Aku mengeluarkan uang dan menyerahkannya ke Anita.
Setelah beberapa detik, dia mengulurkan uang kembalian, tetapi sesuatu yang aneh terjadi. Dengan wajah yang tampak seperti biasa saja, dia menyerahkan uang itu sambil berkata, "Ini, Yank, angsulnya."
Aku terdiam. Kata itu menggantung di udara, seolah-olah dunia sejenak berhenti berputar. "Yank"? Bukankah itu panggilan sayang?
Aku menatapnya, mencari tanda apakah dia menyadari apa yang baru saja dia katakan. Anita tampak biasa saja, seolah-olah tak ada yang aneh dengan ucapannya. Mungkin itu hanya refleks, pikirku, sebuah kekeliruan kata. Tapi, tetap saja, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.
Dia masih tersenyum, seakan tak sadar bahwa ucapannya barusan memicu kehebohan kecil di pikiranku. Aku mencoba merespons dengan santai, meskipun dalam hati, aku bingung harus berkata apa.
"Oh, eh, makasih..." balasku pelan, sambil mengambil uang kembalian itu.
Anita masih tersenyum, mungkin tidak menyadari perubahan kecil di atmosfer di antara kami. Aku mengangguk pelan dan melangkah pergi, tapi pikiran tentang kejadian barusan terus berputar-putar di kepalaku. Apakah itu hanya kebiasaan dia memanggil orang, atau ada sesuatu yang lebih?
Mungkin, hanya refleks. Tapi, di satu sisi, aku tidak bisa menahan perasaan bahwa ada sesuatu yang tak terduga dalam sebutan itu. Tepat ketika aku membuka pintu, aku mendengar Anita tertawa kecil. Aku menoleh, dan dia sekilas tersenyum malu.
"Eh, maaf, Kak. Aku biasa gitu ke pacarku," katanya, canggung.
Aku hanya tersenyum kecil. "Nggak apa-apa, kok."
Kejadian itu mungkin tidak akan mengubah apa-apa. Tapi sekarang, setiap kali aku lewat di depan konter "Rudy", aku tak bisa menahan senyum kecil yang selalu muncul ketika ingat Anita, dan sapaan hangat yang tak sengaja keluar dari mulutnya.
Balikpapan, 16 Oktober 2024
#Penadebu_Yang Nyata Siang Ini_ Hmm, Dia panggil Yank
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H