Beberapa saat kemudian, Suwardi dan istri mendengar adzan Dzuhur berkumandang dari masjid setempat. Suwardi mengajak istri untuk bersiap-siap menuju masjid guna melaksanakan salat Dzuhur bersama. "Kali ini, aku pasti tidak akan keliru lagi," ujar Suwardi sambil tertawa.
Di masjid, suasana kembali khidmat. Kali ini, Suwardi dan istri melaksanakan salat bersama-sama dengan jama'ah. Setelah selesai, mereka duduk sejenak di halaman masjid, menikmati kehangatan matahari pagi yang mulai menyinari desa mereka.
"Tadi subuh, meskipun sendiri, aku merasakan ketenangan yang luar biasa di masjid. Ternyata, ibadah itu benar-benar membuat hati kita merasa dekat dengan-Nya, tidak peduli berapa banyak jama'ah yang hadir," ujar Suwardi dengan penuh keyakinan.
Istri Suwardi tersenyum setuju, "Betul, sayang. Yang penting niat dan ikhlas dalam beribadah. Allah pasti menerima amal baik kita." Percakapan mereka diakhiri dengan doa bersama untuk melalui Ramadan dengan penuh keberkahan dan mendapatkan ampunan-Nya.
Dari kejadian itu, Suwardi belajar untuk tidak terlalu terpaku pada detail waktu dan jumlah jama'ah. Lebih dari itu, ia menyadari bahwa ketulusan dan keikhlasan hati dalam beribadah adalah kunci utama dalam meraih keberkahan Ramadan.
Hari-hari berlalu, dan Suwardi terus menjalani Ramadan dengan semangat dan kesungguhan. Setiap malam, ia bersama istri berbuka puasa dengan doa-doa yang tulus, berbagi kebahagiaan, dan menyemarakkan bulan suci tersebut dengan kebaikan. Meskipun kadang-kadang masih teringat kejadian lucu saat salat subuh dua kali, Suwardi memilih untuk menjadikannya sebagai kenangan yang menggelitik hatinya.
Suatu hari, Suwardi mendapat kabar bahwa masjid Al Falah Desa Bukit Raya akan mengadakan kegiatan sosial untuk membantu masyarakat sekitar. Tanpa ragu, Suwardi dan istri memutuskan untuk ikut serta. Mereka merasa bahwa keberkahan Ramadan tidak hanya dirasakan melalui ibadah, tetapi juga melalui kebaikan kepada sesama.
Seiring berjalannya waktu, Suwardi dan istri menjadi lebih aktif dalam kegiatan sosial di desa mereka. Mereka terlibat dalam pembagian paket sembako kepada keluarga kurang mampu, mengajar anak-anak desa membaca Al-Quran, dan ikut membantu dalam berbagai kegiatan yang mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Suwardi merasa bahwa Ramadan tahun ini membawa berkah yang lebih besar daripada yang ia bayangkan. Kejadian lucu saat salat subuh dua kali menjadi titik awal perubahan positif dalam hidupnya. Ia menjadi lebih peka terhadap kebutuhan sesama dan mengalami pertumbuhan spiritual yang mendalam.
Istri Suwardi tersenyum dan membalas, "Terima kasih juga, sayang. Semoga kita tetap bisa membawa semangat Ramadan ke dalam kehidupan sehari-hari setelah Idul Fitri." Suasana damai dan penuh cinta menyelimuti rumah Suwardi, mengakhiri Ramadan dengan kebahagiaan dan penuh harap untuk masa depan yang lebih baik.
IKN, 13 Maret 2024
#Penadebu_""Subuh Terbalik "
#ramadan bercerita 2024
#ramadan bercerita 2024 hari 3