Yang Sangat Aku Hormati
Bapak Simbok, Keluarga Besar
di Ketawang
-an
Idul Fitri sudah berlalu beberapa waktu, alhamdulillah ananda sudah sampai di kampung perantauan untuk kembali beraktivitas. Ananda menjalani kodar dan langkah illahi robbi mencari rezeki.
Bapak Simbok,
Terima kasih sudah berkenan menerima kami sepenuh hati. Walau kedatanganku tidaklah memberikan hal terbaik, setidaknya di hari raya untuk pertama kali bisa menghiasi di kampung halaman. Yah, pulang kampung dengan menunjukkan gemerlapdunia sebagai bukti keberhasilan. Aku datang dengan doa bapak Simbok.
Yah, Mbok, Pak, hiasan yang aku ciptakan bukanlah taburan bunga, yang konon harum semerbak di sudut kampung ataupun di sudut-sudut ruangan saat halal bihalal silaturahim bersama sanak keluarga, tetangga ataupun sahabat-sahabat terdekat . Aku bersyukur walau bukan jabatan tinggi yang aku dapat. Namun raihan selama perjuangan hingga bisa meenyelesaikan kuliah dahulu itu bukan hal yang mudah. Aku tahu dengan bapak menjadi pedagang ayam kampung keliling, namun bisa membantu mengangkat semua itu. Bagiku itu luar biasa dan tidak masuk diakal.
Kampung halaman tempat dahulu aku dilahirkan, benar-benar asing bagiku, apalagi dengan banyaknya perubahan dan aktivitas generasi berikutnya. Mereka sudah tidak lagi mengenaliku. Generasi sebayaku sudah pergi entah kemana, seakan-akan sepakat waktu itu untuk pergi merantau. Artinya Mbok, Pak waktu itu kampung halaman tidak bisa menyediakan pekerjaan yang sesuai dengan anak-anak Bapak Simbok.
Bukannya aku tidak pernah mencintai kampung halaman, namun semua itu keadaan aku harus merantau mencari penghidupan yang lebih baik. Aku ingat betul tatkala bapak mengantarkan aku ke terminal Ketawang. Terminal kecil yang ada di sudut perbatasan desa menuju Kutoarjo. Sedih rasanya, aku seperti kalah perang dan harus terusir masif dari pekerjaan di kampungku.
Setelah aku pergi baru sadar bahwa waktu itu di kampungku bukan karena tidak ada pekerjaan, namun situasi dan SDM yang belum dibilang mumpuni seperti sekarang ini. Begitu kerasnya keadaan bersaing untuk bertahan hidup.
Bapak simbok tahu kan untuk sekolah  tingkat SLTA saja harus menjual sawah. Padahal itu sawah untuk menyangga priuk nasi semua keluarga. Betapa beratnya pengorbanan itu.
Namun ketika aku menyambangi kampung halaman, semua sudah berubah. Perekonomian sudah maju pesat. Semua kreativitas warganya berkembang maju. Segalanya bisa diubah menjadi uang. Persaingan pasti. Namun tidak menutup kemungkinan peluang bisnis, kuliner, pertanian, perkebunan, kerajinan, kreativitas sangat dibutuhkan untuk bisa bertahan hidup.
Mbok Pak alhamdulillah anakmu di perantauan sudah bisa menemukan penghidupannya yang layak, tidak lagi merepotkan Bapak Simbok,menjual sebagian perabotan untuk bayar semester. Aku akan selalu merawat bapak Simbok walaupun dari jauh.
Salam hangat dari aku, yang saat ini sedang jauh dari kampung halaman tercinta. Aku ingin menyampaikan rasa kangen dan rindu yang begitu besar kepada kalian semua. Kampung halaman adalah tempat di mana aku dilahirkan dan tumbuh besar. Kenangan-kenangan indah masa kecil, saat bersama-sama dengan keluarga dan teman-teman, selalu terpatri dalam ingatan aku.
Meskipun sudah lama aku meninggalkan kampung halaman, namun perasaan dan kenangan indah selalu membayangi pikiran aku. Aku merindukan kehangatan keluarga, tawa canda bersama teman-teman, dan suasana lingkungan kampung yang begitu akrab dan damai.
Cerita-cerita masa lalu selalu menjadi bagian penting dari ingatan aku. Kenangan indah bersama keluarga dan teman-teman, momen kebersamaan di tengah lingkungan kampung yang ramah dan santun, semua itu adalah hal-hal yang selalu aku kenang dengan penuh kehangatan.
Meskipun aku berada jauh dari kampung halaman, namun aku selalu mencoba menjaga ikatan dengan kampung halaman. Menjaga hubungan dengan keluarga dan sahabat-sahabat terdekat, mengikuti perkembangan terbaru di kampung halaman melalui media sosial, dan mengambil bagian dalam acara-acara kampung yang diadakan di luar kota.
Aku ingin mengajak kalian semua untuk juga menjaga hubungan dengan kampung halaman. Meskipun mungkin jarak dan kesibukan kadang membuat kita sulit bertemu secara langsung, namun dengan teknologi yang semakin canggih saat ini, kita bisa saling berkomunikasi dan berbagi informasi dengan mudah.
Sekian surat dari aku, semoga kalian semua selalu sehat dan bahagia di kampung halaman tercinta. Aku sangat merindukan kalian semua dan berharap bisa segera bertemu dalam suasana yang hangat dan penuh kebersamaan di kampung halaman.
Babulu, 30 April 2023
#Penadebu_ Surat untuk Kampung Halaman Ketawang,
#@kompasiana.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H