Oleh: Penadebu
Haruskah aku mengalah untuk sebuah syair-syairmu
Muka dua pun enggan engkau tayangkan dalam bayang
Yang lepas ketika belalang malam mengerik di rerimbunan pohon
Honey, engkau bukanlah perjalanan kampungan
Antara jemari rindu yang mengentak dua sudut ramah
Marah, jengkel terangkai jengah.
Mari kita melahirkan sebuah mimpi
Ketika perjanjian tidur sah naluri dan biologi
Giat malam yang semakin larut
Rutan yang lengah penjagaan jiwa-jiwa tertanduk
Menunduk mencuri kunci kamar bayang
Hingga kita sama-sama terjaga
Antara nyata dan ilusi jiwa.
Babulu, 22Maret 2023
#Penadebu_Puisi Bebas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H