Oleh: Penadebu
"Pak Kepsek, izin bertanya ini ganti kurikulum hanya sekadar ganti judul saja ya, Pak?
"Wah, ya tidak tepatlah jika sekadar ganti judul atau ganti dokumen. Rasanya lebih dari itu Bu. Â Pengimplementasian kurikulum Merdeka dimaknai sebagai transformasi pembelajaran bertujuan mengubah cara pembelajaran supaya lebih efektif."
"Jika kita berpikir mengganti kurikulum adalah tujuan maka yang akan terjadi adalah kurikulum berganti namun pembelajaran sama saja. Bukan perubahan semacam ini yang diharapkan. Salah satu gagasan penting dalam kurikulum merdeka adalah memerdekakan guru. Cara mengajar adalah area kreatif guru yang tidak boleh dijajah, dibelenggu, dan diikat oleh aturan-aturan yang mempersulit. Â Ikhtiar sedang dilakukan. Melalui kurikulum merdeka adalah membuat area belajar sebagai area sekolah yang harus merdeka."
'Kurikulum Merdeka terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah yang bersifat nasional di dalamnya ada standar output pendidikan. Prinsip pembelajaran dan prinsip asesmen. Bagian pertama ini merupakan standar nasional yang sangat generik. Kemudian bagian kedua disebut kurikulum operasional satuan pendidikan. Wilayah inilah yang menjadi ranah kemerdekaan guru dan satuan pendidikan."
"Lalu bagaimana, dengan ranah kemerdekaan guru, dalam satuan pendidikan, ya pak?"
Lagi-lagi bu guru kami menanyakan hal tersebut. Sebagai kepsek dituntut harus serba bisa memberi solusi atas pertanyaan tersebut. Padahal saya bukan kepala sekolah penggerak. Namun dengan bantuan informasi, dan belajar mandiri yang dianjurkan kemendikbud digunakan sebaik-baiknya. Mau mengeluh sudah tidak zamannya. Mengikuti air mengalir dalam celah itu lebih baik.
Awalnya saya berpikir, tidak lulus sekolah penggerak adalah rahmat. Karena tidak terikat kontrak dengan kekangan. Pada point 3 disebutkan persyaratannya apabila lulus sekolah penggerak minimal 3 tahun tidak boleh pindah dari sekolah tersebut.
Dari sini lagi-lagi saya merasa keberatan dengan persyaratan itu.Bukan karena sekolah tersebut tidak bisa saya kembangkan. Namun jarak tempuh dari rumah yang cukup aduhai. Apalagi saat hujan tiba dipastikan saya akan memantau sekolah dari rumah.
Masih bisa bersyukur karena jarak tempuh masih dalam 1 wilayah kecamatan. Bagaimana dengan beberapa teman yang menyeberang ke kecamatan lain. Tentu akan semakin sulit. Kembali ke persoalan awal.