Mohon tunggu...
Ayu Adriyani
Ayu Adriyani Mohon Tunggu... -

Journalistic. Communication

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Yang Berkendara, yang Berkuasa

2 Februari 2012   12:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:09 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, dunia sudah betul-betul sesak. Tidak hanya sesak media, tapi juga sesak kendaraan. Perusahaan-perusahaan berlomba untuk memproduksi motor ini, mobil itu. Tidak ada peduli mereka dengan apa yang dihasilkan dari knalpot kendaraan, dengan jumlah kecelakaan yang semakin merangkak naik. Mereka hanya peduli dengan bagaimana membuat, masyarakat membeli, dan untungnya kembali kepada mereka. Di tahun 2008 saja, menurut Badan Pusat Statistik terdapat 47.683.681 buah sepeda motor (sumber).

Masih lekat dalam ingatan, peristiwa kecelakaan di Tugu Tani. Sembilan nyawa melayang. Nampaknya, trotoar tidak lah lagi berarti untuk para pejalan kaki. Karena, orang yang berkendaraan pun bisa saja menerobos secara beringas ke dalamnya. Entah, ini karena pengguna jalan (khususnya yang berkendara) yang tidak mengerti fungsi dari trotoar itu sendiri, atau kah memang trotoar dibuat untuk SELURUH pengguna jalan.

Anthony Ladjar, Seorang aktivis pejalan kaki melakukan aksi “tidur telentang” di trotoar. Hal ini dilakukannya karena geram dengan aksi pengendara motor yang dengan seenak jidatnya mengendarai motornya di atas trotoar. Alasan yang paling sering digunakan adalah “buru-buru”. Apakah dengan alasan seperti itu, maka hak pengguna jalan yang lain harus dirampas? Tidak heran, kalau ada yang mengatakan bahwa pejalan kaki merupakan kasta terendah dari pengguna jalan.

Pemandangan memuakkan ini, sering sekali terjadi. Beberapa yang muncul di peredaran hanyalah yang tercium media. Tapi pada kenyataannya, hal tersebut bukan hal yang sulit untuk ditemukan. Di dalam kampus UNHAS sendiri, saat jalan mulai menjelma menjadi tempat penampungan air, para pengguna kendaraan melaju dengan kecapatan yang sama saat melihat jalan raya yang lebar, mulus dan kosong melompongtidak berperasaan. Walhasil, pejalan kaki lah yang terkena imbasnyaolahraga jantung gratis dan atau pejalan kaki terpaksa terkena cipratan air.

Ada lagi. Saat pejalan kaki ingin menyeberang, dengan zebra cross yang entah berada dimana, pengguna kendaraanyang betul-betul tidak berpresaanmalah menginjak pedal gas lalu menggertak si pejalan kaki#eeh. Padahal, tanda sudah diberi.Atau pengguna motor yang sengaja menancap gasnya tepat di depan si pejalan kaki yang hendak menyebrang.

Apakah memang, hanya yang menikmati jalan dengan mengunakan kendaraan saja yang bisa melenggang sempurna dan mulus di jalan raya? Apakah memang, hanya mereka yang berkuasa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun