Al-A'masy selama hampir tujuh puluh tahun tidak pernah tertinggal takbiratul ihram ketika shalat berjamaah. Bagaimana dengan para pengemban dakwah? Amalan para ulama adalah amalan yang berkualitas, bukan amalan sembarangan.
3. Tidak bersekutu dengan kemungkaran
Ulama bukanlah sosok yang bersembunyi di balik kitab atau majelis mereka dalam menyuarakan kebenaran. Ulama bahkan sosok yang berada di garda terdepan menyuarakan kebenaran dan menentang kemungkaran. Mereka memahami kewajiban taat pada para pemimpin Islam, tetapi mereka juga tidak sungkan mengkritiknya secara terbuka.
4. Rendah hati di hadapan kebenaran
Suatu ketika Imam Abu Hanifah menasehati seorang anak kecil yang sedang bermain tanah. "Hati-hati nak, engkau bisa tergelincir." Akan tetapi sang anak malah membalas dengan nasihat yang tajam. "Andalah yang harus berhati-hati dari kejatuhan, karena jatuhnya seorang alim adalah kejatuhan bagi dunia." Semenjak mendapatkan nasihat itu, Imam Abu hanifah berhati-hati dalam memberikan fatwa.
Ulama adalah hamba Allah yang paham bahwa tinggi hati adalah musuh ilmu dan kebenaran, seperti air bermusuhan dengan dataran tinggi, tak mungkin air menuju kesana. Dari sini diketahui bahwa salah satu sifat ulama yaitu berani saat menyampaikan kebenaran tapi juga rendah hati saat diingatkan pada kebenaran.
5. Rasa takutnya hanya kepada Allah
Diantara para ulama ada yang lebih suka amal menangis ketimbang berinfak. Misalnya Ka'ab bin Al-Ahbar berkata,
"Sesungguhnya mengalirnya air mataku sehingga membasahi kedua pipiku karena takut kepada Allah lebih aku sukai daripada aku berinfak emas yang besarnya seukuran tubuhku."
Sebagai seorang muslim harus memiliki keyakinan bahwa tidak ada yang bisa memberikan pertolongan melainkan hanya Allah. yang harus diingat Allahlah yang akan dituju saat kembali dan tempat meminta segala kebaikan dan kebahagiaan.
Wallahu a'llam Bishawwab