Semua orang membutuhkan sarana untuk berkomunikasi, karena dengan berkomunikasi setiap individu dalam masyarakat dapat saling memenuhi kebutuahan antara individu satu dengan yang lainnya. Maka dari itu, bahasa akan berkembang  perkembangan kondisi semua orang  itu.
Setiap orang akan berpendapat bahkan ahli bahasa dan filosof masing masing mempunyai pendapat. Seorang ahli bahasa berpendapat bahwa bahasa bisa disebutkan tentang bagaimana mengungkapkan perasaan dan tujuan dari seseorang. Kerapnya, bahasa ibu kita yang kita kuasai sejak kecil bertindak sebagai kisi-kisi dalam benak kita, yang menghalangi pandangan kita dalam melihat dunia luar ketika menggunakan bahasa. Ada juga seseorang  berpendapat bahwa bahasa juga yaitu sistem lambang bunyi, yang digunkan oleh semua orang  untuk  berinteraksi.
 Karena setiap Bahasa bisa timbul dari filsafat seseorang yang menimbulkan pemikiran.  Sehingga bisa mengungkapkan isi dari filsafat tersebut melalui Bahasa. Maka secara otomatis orang lain dapat memahami apa yang disampaikan. Timbulnya ilmu linguistik pragmatik dipengaruhi oleh perkembangan tradisi filsafat analitis pada abad ke-20. Kekacauan bahasa itu menimbulkan perkembangan terhadap filsafat analitik. Banyak teori serta konsep filsafat dipaparkan dengan bahasa yang membingungkan, bahkan semakin jauh dari bahasa sehari-hari. Kekacauan dan kekurangjelasan atau ketidakfahaman penggunaan bahasa dalam filsafat itu membuat ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang sulit, membingungkan, dan kurang jelas makna yang diungkapkannya, sehingga banyak orang mengalami kesulitan dalam mempelajari ilmu filsafat.
Filsafat analitis bahasa merupakan metode yang khas untuk menjelaskaan, menguraikan, dan menguji kebenaran ungkapan-ungkapan. Menguraikan dan menguji kebenaran hanya mungkin dilakukan lewat bahasa, karena bahasa memiliki fungsi kognitif, yaitu dengan bahasalah manusia menjelaskan sesuatu yang dipikirkannya, apakah benar atau salah, sehingga ia menerima atau menolaknya secara rasional. Â Setiap manusia menggunakan Bahasa itu sesuai dengan konteks dengan apa yang digunakan manusia dalam hal tersebut. Bisa kita fahami bahwa makna sebuah kata ada dalam pengunaan kalimat, makna sebuah kalimat ada dalam penggunaan Bahasa, dan makna sebuah Bahasa ada dalam konteks penggunaannya. Dalam perkembangannya, aliran filsafat analitis bahasa tidak bisa mengandalkan pada paham positivisme logis. Maka muncullah aliran filsafat bahasa biasa, yang selanjutnya menginspirasi para ahli filsafat bahasa melahirkan ilmu linguistik pragmatik.
Filsafat Bahasa mengekplorasi sifat umum dan hubungannya dengan dunia dan pikiran manusia. Yang mendeskripsikan atau menggambarkan realitas melalui Bahasa. Dengan kata lain, filsafat Bahasa berkaitan dengan hubungan antara Bahasa, pemikiran, dan realitas. Maka, filsafat analitik juga disebut filsafat linguistic karena serangkaian pendekatan yang terkait secara longgar untuk masalah filosofis.
Kemudian, apa yang disebut dengan filsafat analitik? Filsafat analitik adalah filsafat yang muncul dari kelompok filsuf yang menyebut dirinya lingkaran wina. Hal tersebut, berkembang dari Jerman hingga keluar, yaitu Polandia dan Inggris. Pandangan utamanya adalah penolakan terhadap metafisika. Sedangkan filsafat linguistik adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat. Ilmu ini membahas tentang bagaimana menyelidiki kodrat dan kedudukan Bahasa setiap kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoritis linguistik.
Dengan begitu, adanya perbedaan antara filsafat analitik dan filsafat linguistik mengakibatkan adanya keselarasan atau saling berkaitan antara keduanya. Sehingga bisa saling membantu dalam menafsirkan suatu Bahasa dengan menggabungkan kedua filsafat ini. Hal yang sangat penting dalam kehidupan ini adalah berbahasa mengunakan filsafat karena dengan begitu akan lebih mudah memahami suatu Bahasa yang diungkapkan dari pemikiran seseorang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H