Mohon tunggu...
Vicky Saa
Vicky Saa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Sejarah

Hanya hobi dan minat saja. Bakat? Saya tidak tahu.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kaitan Ilmu Sejarah Dengan Politik: Menyikapi Tahun Politik 2024

1 Januari 2024   11:22 Diperbarui: 1 Januari 2024   11:23 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesungguhnya, pr utama untuk presiden mendatang adalah korupsi. Dan itu menjadi pilar utama yang harus diberantas lebih dahulu. Persetan janji BBM gratis, makan siang gratis, kenaikan gaji guru ngaji atau apalah itu. Toh, endingnya akan salah sasaran,- minimal berlaku sebulan lantas anggaran diterbang angin karena angin tak punya KTP. Jadi bisa dianggap wajar kalau nyolong anggaran bertriliun-triliun.

Sejatinya, tikus-tikus itu membuat sarang di DPR. Dewan yang seharusnya mewakili keresahan hati rakyat justru menjadi sumber resah umat. Bodohnya, karena sudah mengakar kuat, jadi sulit untuk menumbangkannya. Ada satu cara yang pas, yakni ketika terdapat sidang umum rapat DPR, hendaknya rakyat menyewa meriam dan kemudian meletakkan moncongnya ke arah gedung. Akhirnya, tamat riwayat DPR dan rakyat mendapat dakwaan melanggar HAM.

Indonesia lucu.

Tahun ini, nurani kalah dengan uang. Karena hanya rakyat, bukan pejabat. Mari kita lihat dari elektabilitas para calon. Atau polling-polling dari sebuah lembaga. Banding-bandingkan dengan lembaga yang lain dengan tanggal yang sama. Hal yang seperti itu dapat dibeli dengan uang. Nurani? Itu hanya omong kosong saja.

Masyarakat Indonesia bodoh, tapi yang lebih bodohnya lagi adalah calon-calon yang memberikan janji diluar nalar. Silahkan kemarikan anggaran kampanye kepada saya, kemudian saya akan memberikan rencana yang sangat masuk akal dan jujur tanpa berat sebelah dengan memikirkan kondisi rakyat. Apakah Indonesia kekurangan orang yang bisa menyusun anggaran yang logis?

Itulah gunanya belajar sejarah, karena menjadikan sesuatu dilihat dari hal yang negatif terlebih dahulu untuk menemukan kelebihan. Apalagi kita ini rakyat, bukan pejabat. Masih mending kalau kita malaikat, dan gelarnya malaikat maut. Satu gedung pemerintahan mati-pun kita tak perlu peduli, karena kita malaikat maut. Namun itu khayalan rakyat saja, yang geram dengan korupsi.

Sekarang, kita perlu menyikapi tahun politik ini dengan kepala dingin. Memilih siapa? Memang, manusia adalah tempat salah. Entah itu angin tak punya KTP, asam sulfat, atau bahkan untuk kaisar bapak ramah sekali. Mereka memang pasangan calon presiden yang berbentuk manusia. Jadi wajar saja kalau kalah terhadap kasus pelanggaran HAM. Eh, maksudnya wajar saja kalau melakukan kesalahan. Itu menjadi bukti bahwa mereka adalah murni manusia sedari zaman purba, bukan alien atau jadi-jadian.

Mari berpikir dingin pada tahun ini. Slogan pemilu yang diajarkan ketika SD yaitu LUBER-JURDIL jadi tidak berguna kalau buzzer-buzzer berkelana. Coba kita berpikir dengan logika yang berjalan, memikirkan benarkah janjinya akan terealisasikan atau tidak? Yah, saya akui saya lebih memikirkan diri sendiri daripada rakyat Indonesia secara keseluruhan. Tapi, karena saya rakyat, bukan pejabat. Tidak ada kewajiban menanggung keluhan masyarakat di pundak saya.

Sayangnya, sebagai generasi muda yang konon katanya menjadi harapan bangsa,- nurasi saya tergerak. Bagaimana bisa rakyat percaya dengan janji omong kosong? Ah, sudahlah. LUBER-JURDIL saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun