Mohon tunggu...
wfi
wfi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Cemas

15 Maret 2019   09:40 Diperbarui: 15 Maret 2019   10:22 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Siti,

Malam ini saya begitu cemas. Melihat kebebasan yang Diumbar seperti nafsu. Baju yang penuh cipratan darah tetap saja dipakai. Kemerdekaan mulai kehilangan makna. Dan kata-kata mulai tak memiliki arti.

Demokrasi kini mengalami kesepian dan pancasila macet di tengah kobaran kebencian dan dendam. Kemana kaki ini akan saya ayunkan, siti? Jika gang-gang sempit dan jalan-jalan protokol penuh dengan panflet yang aku tak tahu dari mana asal usulnya.

Siti,

Izinkan aku berlabuh di rumahmu. Aku ingin menghabiskan waktu denganmu. Bercerita tentang kisah masa lampau  yang ber-genre melankolis. Waktu begitu cepat, siti. Dan aku ingin menjadi tua lalu mati di pelukanmu.

Meski akhir-akhir ini aku sering mencemaskanmu, lalu bertanya-tanya apakah saya bisa menjamahmu dengan perasaan? Sementara aku tak mau membawamu pada kehidupan yang keras dan kejam ini. 

Siti aku merindukanmu.

-wfi-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun