Mohon tunggu...
Lina Khoerunnisa
Lina Khoerunnisa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mewujudkan Idealisasi Antara Perpustakaan dan Masyarakat

26 Maret 2013   13:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:11 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menambah pengetahuan, wawasan dan informasi. Menurut kamus umum bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S.Poerwadinata membaca ialah melihat tulisan dan mengerti atau melisankan apa yang tertulis.  Melihat arti dari membaca tersebut kegiatan ini tentu memiliki banyak manfaat, oleh karena itu  kegitan ini harus didukung  agar dapat berjalan maksimal. Salah satu upaya yang telah dan sedang dijalankan oleh pemerintah yakni dengan pembangunan perpustakaan di berbagai daerah. Karena dengan adanya perpustakaan, masyarakat khususnya kaum pelajar dapat lebih mudah mendapat buku-buku refrensi untuk meningkatkan pengetahuan meraka.

Namun saat ini kurangnya minat baca dari masyarakat khususnya kaum pelajar membuat fungsi dan tujuan pembangunan perpustakaan menjadi tidak maksimal. Menurut fungsi dan tujunnya perpustakaan dibuat untuk menyediakan layanan bacaan bagi masyarakat, selain itu perpustakaan juga diharapkan sebagai representasi utama untuk mengukur tingkat minat baca masyarakat dan menjadi agen utama dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Untuk memaksimalkan fungsi dan tujuan perpustakaan tersebut masyarakat terutama para pelajar harus bisa mencintai perpustakaan. Karena dengan kecintaan yang tinggi, masyarakat  dapat lebih maksimal dalam memperoleh manfaat dari perpustakaan itu sendiri.

Namun untuk membentuk dan menumbuhkan kesadaran dalam diri masyarakat  akan arti penting mencintai perpustakaan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu langkah-langkah yang efektif dan akurat perlu di ambil oleh pemerintah. Langkah-langkah yang diambil harus lebih tegas dan inovatif dari pada sebelumnya, karena langkah-langkah yang telah diambil pemerintah selama ini terasa kurang maksimal.

Secara umum ada dua jenis pola yang dapat di gunakan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti penting perpustakaan. Pola pertama ialah pola pengembangan represif dan pola kedua ialah pola pengembangan partisipatif. Pada pola pengembangan represif pemerintah dapat bekerja sama dengan perpustakaan setempat dan instansi-instansi sekitar untuk membuat kebijakan bersama yang bersifat sentralistik. Contoh kerja sama yang dapat dilakukan ialah kerjasama antara pemerintah, perpustakaan dan sekolah sekitar, contoh kebijakan yang dapat diambil ialah pembuatan sistem pengalokasian waktu belajar. Dalam sistem pengalokasian waktu belajar ini setiap sekolah mengalokasikan waktu belajar untuk setiap siswa pada masing-masing kelas di perpustakaan sekitar. Singkatnya sekolah menjadikan perpustakaan sebagai tempat belajar. Namun sistem ini harus didukung dengan pengawasan dan pengorganisasian waktu, sebab tanpa adanya pengawasan dan pengorganisasian waktu hasil yang didapat tidak akan maksimal. Pengorganisasian waktu yang di maksud ialah pengalokasian waktu yang diberikan pemerintah kepada sekolah dan sekolah kepada setiap kelas yang ada. Contoh :

“Kelas XI IPA 3 di SMAN 1 Mataram belajar di perpustakaan daerah setiap hari kamis dari pukul 08.15 hingga pukul 09.45.”

Selain itu pemerintah, perpustakaan dan sekolah-sekolah sekitar juga dapat bekerja sama menjadikan aktifitas siswa di perpustakaan sebagai salah satu aspek penilain di raport, karena hal itu akan memotifasi siswa untuk lebih mencintai perpustakaan. Kita tidak dapat memungkiri bahwa salah satu motifasi dari para siswa untuk bersekolah ialah agar memperoleh nilai raport yang baik, sehingga dengan adanya program seperti ini dapat memotifasi siswa agar giat mengunjungi  perpustakaan.

Selain bekerja sama dengan sekolah-sekolah sekitar pemerintah bersama perpustakaan juga dapat bekerja sama dengan instansi-instansi yang lain, namun presentasi keberhasilannya lebih kecil dari pada bekerja sama dengan sekolah yang merupakan instansi pendidikan, oleh karena itu kerjasama dengan instansi-instansi pendidikan harus diprioritaskan.

Langkah-langkah di atas memang terlihat sedikit memakasa, namun sangat tepat di terapkan di Indonesia dengan masyarakat yang memiliki tingkat kesadaran membaca yang rendah. Karena menurut Komunitas Minat Baca Indonesia (KMBI) ratio pembaca suratkabar dengan jumlah penduduk di Indonesia tahun 1999 adalah 1 : 43. Sedangkan di Malaysia pada tahun yang sama rationya adalah 1 : 8 dan di Singapura 1 : 2.

Selain menggunakan pola pengembanagan represif pemerintah juga dapat bekerjasama dengan perpustakaan sekitar menggunakan pola pengembangan patisipatif, pola  pengembangan partisipatif merupakan pola pengembangan yang melibatkan peran serta masyarakat umum, bukan saja sebagai obyek tetapi sekaligus sebagai subyek pembangunan,  sehingga  nuansa  yang  dikembangkan   benar-benar  dari  bawah (bottom-up approach). Pola ini memungkinkan penjaringan masyarakat dalam lingkup yang lebih luas, tidak hanya masyarakat yang berkecimpung  pada wadah tertentu.

Pemerintah dapat memaksimalkan peran organisasi dari tingkat RT dan RW dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program pembangunan dan pengembangan perpustakaan. Dalam pelaksanaanya pemerintah harus memberikan sosialisasi dan pelatihan yang berkesinambungan kepada organisasi-organisasi tesebut, sebab tanpa adanya sosialisasi dan pelatihan, kinerja dari organisasi-organisasi itu tidak akan maksimal.

Salah satu contoh program yang dapat diterapkan ialah program kompetisi. Program kompetisi ialah sebuah program yang menantang masyarakat untuk berlomba menjadi yang terbaik, program seperti ini merupakan salah satu bentuk program yang dapat menumbuhkan motivasi. Menurut Fg.Robins salah satu faktor yang mempengaruhi kepribadian ialah motivasi. Kita mengetahui bahwa kepribadian adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan kecintaaan masyarakat terhadap perpustakaan, jadi program seperti ini sangat efektif untuk menumbuhkan kecintaan masayarakat terhadap perpustakaan. Akan tetapi program ini harus tetap dilaksanaan dan diawasi bersama, karena tanpa adanya sistem kebersamaan program tersebut tidak akan berjalan maksimal. Cotoh kompetisi yang dapat diadakan ialah kompetisi keantusiasan, dimana masyarakat yang paling antusaias, rajin dan tertib dalam mengunjungi perpustakaan akan mendapat penghargaan dari perpustakaan atau bahkan dari pemerintah setempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun