[caption id="" align="aligncenter" width="714" caption="Foto"][/caption]
Tiga hari belakangan ini saya dapat tugas dari institut untuk ikut pertemuan teknis konsorsium proyek riset Gen IV and transmutation materials atau disingkat dengan GETMAT. Kebetulan yang jadi tuan rumah adalah institut saya sendiri jadi tidak perlu ke luar daerah yang biasanya cukup melelahkan. Proyek GETMAT ini merupakan sebuah proyek riset yang dibiayai oleh Komisi Eropa denga tujuan utama menghimpun semua pusat riset material di eropa untuk bersama sama memilih dan menentukan karakteristik material (dalam hal kekuatan mekanis, ketahanan korosi, kococokan dengan cairan pendingin, serta ketahanan beban radiasi nuklir) yang akan digunakan atau diaplikasikan sebagai material untuk membangun reaktor nuklir masa depan yang lebih ekonomis, ramah lingkungan serta mampu bertahan untuk jangka waktu sampai 60 tahun.
Tidak kurang dari 13.6 M Euro yang kalau dirupiahkan hasilnya pasti buanyak digelontorkan oleh komisi eropa untuk membiayai riset ini dalam jangka 60 bulan. Sebuah jumlah uang yang sangat besar untuk sebuah riset, tapi jika dibandingkan dengan korupsi di Indon esia, sebut saja bank century, rasa rasanya jumlah tersebut (13.6 M Eur) saangat saangat kecil. jadi sebenarnya negara Indon esia kita ini juga cukup mampu membiayai riset riset besar yang dampak sistemiknya sangat pasti dan terukur jika saja pemerintah kita punya kema(L)uan besar untuk benar benar memikirkan masa depan negara dan masyarakat. Tentunya ada banyak subyek dan obyek riset di Indon esia dari dasar lautan sampai puncak pegunungan yang dapat dikaji untuk kepentingan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Indon esia, itupun kalau punya kema(L)uan. Risetlah yang membuat negara semakin maju bukan dengan menerbitkan SUN atau berutang lalu dikorupsi.
balik ke topik ...
Pertemuqn tersebut dihadiri oleh perwakilan dari masing masing /lab./institut yang terlibat dalam proyek riset tersebut dengqn total peserta yang hadir tidak kurang dari 50 orang peneliti dan insinyur dari Spanyol, Inggris, perancis, jerman, belgia, italia, swedia, finlandia, rusia, swiss ditambah dua orang peneliti berkebangsaan china dan terselip juga satu orang indonesia.
Yang cukup menarik adalah sekitar 16 atau 17 orang peserta pertemuan ini adalah wanita yang semuanya tentu saja manis dan cantik paling tidak 20-25 tahun lalu. Ini cukup menarik bagi saya karena bidang yang mereka tekuni adalah bidang yang menurut saya tidak terlalu cocok bagi wanita, soalnya berhubungan dengan material, logam, dan radiasi nuklir.
Hari pertama dimulai sekitar jam 13:00, hanya diawali dengan kata pengantar sekitar 5 menit dari tuan rumah yang menyampaikan beberapa hal administrasi, hotel, transportasi bus serta jadwal makan malam bersama. Tidak ada kata sambutan yang panjang lebar, formalitas dari pejabat, ketua panitia khas pertemuan pertemuan di Indon esia.
Setelah pengantar singkat dari tuan rumah, pertemuan langsung dilanjutkan dengan presentasi dan laporan dari beberapa peneliti tentang kemajuan riset yang telah dilakukan, kendala yang dihadapi serta proyeksi kerja tahun 2010. Tidak ada perdebatan seru yang terjadi atau pertanyaan bantai membantai khas presentasi di Indon esia, dan yang bagus menurut saya adalah tidak ada peserta yang ngotot atau berkeras hati mempertahankan pendapatnya sehingga masalah masalah yang ada selalu diakhiri dengan solusi. Kadang kadang si Ibu Koordinator agak ngeyel untuk menekan masing masing Lab agar bekerja tepat waktu sehingga pekerjaan Lab lainnya juga tidak terlambat. Hari pertama isinya full tentang pemodelan material untuk reaktor nuklir, saya nggak berani nanya apalagi kasi pendapat soalnya takut salah, maklum yang mereka presentasikan atau bahas adalah ilmu tingkat tinggi, istilah istilah yang dikeluarkan juga rada rada asing jadi kerjaan saya cuma nyatet kata kata kunci yang dilontarkan abis itu googling nyari artinya...maklum pemula ...
Oh iya, hari pertama ini ada juga presentasi dari beberapa industri yang memproduksi material, komponen untuk pembangkitan energi. Ada Areva dari prancis, Arcelormittal serta Alstom. Orang Indon esia mungkin cuma familiar dengan Alstom serta Arcelormittal, apalagi arcelormittal yang pemiliknya salah satu orang terkaya dunia membangun bisnisnya dgn membeli berbagai pabrik baja di dunia... salah satunya ispatindo indonesia ... sayangnya Pabrik baja Indonesia tidak berkembang, bahkan ada rencana buat dijual ke pihak asing ... rencana yang menurut saya cukup menohok dan menghina kemampuan orang indonesia sendiri.
Kalau hari pertama membahas modelling maka hari kedua tentang metalurgi sekaligus cara produksinya plus metode eksperimental yang dilkakukan dalam proyek ini. Ada banyak jenis test material yang dilakukan di antaranya tes charpy, tes tensile, tes korosi, observasi struktur baja dengan sinar neutron, dengan synchrotron, observasi dengan mikroskop elektron, dengan mikroskop cahaya, Uji kerusakan radiasi, Uji In⁻situ, dan lain sebagainya. Waktu laporan dan presentasi ini berlangsung saya sebenarnya tidak begitu memperhatikan isinya, cuma sesekali nyatet referensi jurnal yang disebutkan, yang sering saya lakukan malah menghayal, mikir, berangan angan bahwa tes tes tersebut sebenernya bisa juga dilakukan oleh otak otak orang indonesia cuma memang perlu belajar lebih keras lagi dan yang paling penting penyediaan fasilitas penelitian yang memadai. Tapi entah kenapa, pemerintah/dpr tidak punya kema(L)uan besar untuk menyediakan atau melengkapi struktur dan infrastruktur penelitian, mungkin saja dipikirnya karena riset teknologi tidak punya dampak "sistemik" bagi partai politik dan kekuasan mereka alias penelitian nggak ada efeknya. Padahal bisa dilihat buktinya, bahwa negara maju karena pemerintahnya mendorong habis habisan aktifitas riset dan pengembangan tentu saja bidang bidangnya punya skala prioritas tergantung kebutuhan negara tsb.
Hari kedua pertemuan diwarnai oleh satu perdebatan panas antara seorang professor yang sedikit konservatif melawan beberapa peneliti yang moderat. Ini dipicu oleh presentasi peneliti dari Universitas Karlsruhe yang melaporkan bahwa mereka mengalami kesulitan memproduksi Material baja ODS dengan konsentrasi Cr 9% dan ini mengancam jadwal percobaan atau tes yang akan dilakukan oleh lab lain. Kemudian peneliti dari karlsruhe ini menawarkan solusi untuk mengganti dengan kadar Unsur Cr 12% dan membelinya dari perusahaan Kobelco Research Institute jepang, alasannya karena bisa didapatkan dgn cepat dan juga masih merupakan material tahap riset. Yang penting konsentrasinya tidak jauh dari 12% Cr
Tapi seorang professor yang juga dari karlsruhe merasa keberatan dan menentang usulan tersebut. Alasan utamanya adalah, proyek tersebut dibiayai oleh Uni eropa yang pajaknya dari masyarakat eropa, oleh karena itu seluruh aktifitas riset tersebut harus dilakukan untuk kepentingan masyarakat uni eropa termasuk dalam membelanjakan dana riset tersebut sehingga tidak ada alasan untuk membelanjakan dana riset tersebut ke negara jepang apalagi melaporkan hasil riset ke jepang karena ini merupakan riset strategis. Perdebatannya berlangsung cukup seru, ada juga yang tidak setuju tapi karena jadwal eksperimen harus jalan tahun ini maka terpaksa dia menerima. Ada yang setuju dengan alasan semata mata untuk sains tapi tampaknya professor yang tidak setuju ini cukup berpengaruh sehingga masalah pengadaan material ini akan dibawa ke rapat komite sains untuk mengambil keputusan. termasuk alokasi dana yang diperkirakan mencapai 80K - 100 K Euro (dalam hati saya mikir, lebih mahal biaya komputer DPR, renovasi pagar istana, biaya jalan jalan DPR). yang past bulan maret sudah harus ada keputusan sehingga proyek riset tidak tertunda.
Cukup menarik mengamati perdebatan mereka, Mungkin mereka nggak sadar bahwa ada beberapa orang non-eropa yang kebetulan diikutkan dalam pertemuan tersebut yang sebenarnya menurut saya beberapa argumen yang dilontarkan cukup sensitif. Tapi secara umum perdebatan itu berlangsung menarik, dan terkendali meskipun terlihat ada beberapa peserta terlihat meninggikan suaranya untuk mempertahankan argumentasinya. Argumen argumen dari sisi sains, teknis, politis serta ekonomi dikemukakan dengan tegas, berbobot untuk menguatkan pendapat, ini karena didukung oleh pengalam serta pengetahuan mereka yang baik dalam bidang ini. kadang ada peserta yang menggeleng gelengkan kepala jika tidak setuju tapi secara umum debat tetap terkontrol, tidak ada aksi lempar lemparan kursi, saling pukul, membodoh bodohi seperti debat debat yang sering terjadi di Indon esia. Biasanya debat debat tidak sehat ini sering terjadi di rapat rapat organisasi kepemudaan, HMI, mahasiswa, ormas bahkan dpr sendiri.
Menyaksikan perdebatan sengit mereka, saya kembali ingat ingat Indon esia. Bahwa sebenarnya Indon esia kita memiliki kekayaan material atau mineral atau unsur unsur yang luar biasa tapi sayangnya penambangannya dan pengelolalaannya diberikan kepada asing. Contoh paling menyakitkan ya pengelolaan sumber tembaga dan emas di papua yang dengan bodohnya diberikan ke Freeport untuk jangka waktu berpuluh tahun, ini belum termasuk tambang timah, nikel, emas lainnya yang sebenarnya kalau kita olah sendiri, diekstrak sendiri, lalu dijadikan barang bernilai tambah maka akan memiliki dampak SISTEMIK yang bagus yang bisa menambah lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan orang indon esia sehingga orang INDON esia tidak perlu lagi jauh jauh pergi ke malaysia bekerja mencari uang yang ujung ujungnya juga bakalan disiksa, diperkosa, atau bahkan dibunuh.
tapi tampaknya pemerintah INDON esia lebih memilih jalur instan (UTANG) dan jual aset negara untuk mendapatkan uang plus menarik pajak tinggi kepada masyarkat yang sebenernya pendapatannya juga pas pasan.
wah udah ngelantur ... balik ke topik lagi
Hari ketiga masih lanjut dengan laporan dan presentasi bidang eksperiment tidak seperti hari kedua, presentasi hari ketiga hanya diwarnai perdebatan masalah hasil sementara eksperiment yang telah dilakukan. Pasalnya Ibu koordinator yang orang Italia tidak percaya kok material baru tersebut performa mekanisnya tidak sesuai dengan yang diharapkan bila mengalami radiasi dan stress tingkat tinggi. Tapi ya menurut pembicara, ini hasil eksperimen, dilaporkan apa adanya. bisa saja ada yang keliru dari metode pembuatannya sehingga mikrostrukturnya harus dikaji lebih dalam lagi, demikian pula metode produksinya.
Yang menarik di hari ketiga ini, adalah hadirnya wakil dari Rusia yang bertindak sebagai partner untuk menguji material untuk kadar radiasi yang lebih tinggi dan bervariasi. Partnership ini cukup kompleks karena harus melibatkan persetujuan dari beberapa negara. Kerumitannya terletak pada birokrasi antara pihak Italia dan Belgia yang menerapkan standar berbeda dalam hal persetujuan partnership intinya pihak Rusia telah menyetujui perjanjian, sisa menunggu persetujuan pihak Laboratorium di Italia dan Belgia. Yang menarik dari partner Rusia ini, terlihat bahwa mereka tidak berbelit belit dan cukup detail, mau menjelaskan segala hal teknis/sains sampai detail. Sampai sampai seorang peneliti dari Jerman mengatakan "tampaknya lebih mudah bekerja sama dengan rekan dari Rusia daripada dari rekan EU".
Dari sini saya kembali lagi mikir mikir tentang Indon esia yang beberapa waktu lalu berniat membeli persenjataan dari rusia baik pesawat tempur, kapal selam serta kapal perang permukaan melalui fasilitas kredit ekspor. Dari isu isu yang ada sih katanya perjanjian tersebut sudah disetujui, tapi kenyataannya Indonesia sampai saat ini baru menerima 7-10 pesawat Sukhoi, itupun datangnya dicicil dan menurut isu lagi tanpa persenjataan utamanya (mudah mudahan isu ini tidak benar). Saya tidak punya informasi kenapa bisa tersendat kesepakatannya, di pihak siapa yang mbulet tapi tampaknya kita bisa tebak sendiri siapa yang mbulet dalam hal ini. Ujug ujug indonesia malah terima hibah kendaraan angkut personil dari korea yang lebih dulu minta izin dari USA ... yang intinya rawan embargo komponen.
balik ke topik...
Kembali, setelah mengalami diskusi yang panjang dan detail akhirnya disepakati bahwa pihak laboratorium di Italy dan Belgia akan merampungkan dokumen kesepakatan minggu ini juga sehingga material bisa dikirim segera ke Rusia untuk dilakukan pengujian.
Setelah diskusi ini acara dilanjutkan dengan makan siang bersama ...cuma setelah makan siang saya tidak hadir di presentasi lanjutan soalnya harus ke pertemuan yang lain. Acara perkenalan dengan direktur lab yang baru.
--------------
salam
--------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H