Harapan dan dorongan untuk bertahan hidup ini digambarkan secara mendalam dalam buku ini. Masih adanya harapan si penulis beserta tawanan - tawanan Nazi lainnya untuk dapat keluar dengan selamat dari cengkeraman Nazi membuat mereka bisa melihat hal - hal kecil untuk mereka syukuri.Â
Hal ini dinarasikan penulis dengan sebuah cerita semangkok sup yang diambil dari dasar panci. Biasanya, setelah bekerja secara tidak manusiawi selama seharian, para tawanan hanya diberikan semangkok sup encer.Â
Namun, ada kalanya beberapa orang dari mereka beruntung mendapatkan sup dengan lumayan banyak kacang karena diambil dari dasar panci. Mereka yang mendapatkan sup dengan banyak kacang itu pun akan sangat bersyukur, seolah - olah derita dari kerja paksa yang baru saja mereka kerjakan, yang hampir membuat mereka mati, hilang begitu saja hanya dengan semangkok sup yang banyak kacangnya.Â
Di sisi lain, Viktor E. Frankl, penulis buku ini juga menarasikan perbedaan - perbedaan yang sangat kontras antara tawanan yang masih punya dorongan kuat untuk tetap hidup, dengan mereka yang sudah tidak memiliki alasan lagi untuk hidup.Â
Narasi komparatif tersebut membuat esensi buku ini bisa tersampaikan dengan sangat baik. Secara sederhana, penulis melalui buku ini ingin menyampaikan bahwa akan ada saat - saat dimana manusia tidak dapat menghindar dari penderitaan dan situasi - situasi sulit lainnya.Â
Ketika penderitaan itu datang, manusia pun akan merespons sesuai dengan seberapa banyak alasan yang ia miliki untuk bertahan menghadapi serta melewati penderitaan tersebut.Â
Penulis menekankan bahwa penderitaan yang dimaksud adalah penderitaan yang tidak terhindarkan lagi. Karena, adalah sebuah tindakan yang masokistis apabila manusia tidak mau menghindari penderitaan padahal penderitaan itu nyatanya masih bisa dihindari. Secara keseluruhan, buku ini memiliki pembahasan yang mendalam dengan bahasa yang sederhana.Â
Sama halnya seperti Carl Sagan yang menulis buku Kosmos untuk orang - orang yang tidak pernah bersentuhan dengan Astronomi dan Sains, Viktor E. Frankl menulis buku Man's Search For Meaning untuk orang - orang yang tidak pernah bersentuhan dengan Psikiatri maupun Psikologi. Sehingga orang -- orang awam bisa sangat dekat dan familiar dengan bidang keilmuan yang mereka geluti.  Â
Holocaust Nazi sekaligus menemukan kebermaknaan hidup dibawah kekejaman Nazi. Semula, ia memiliki kesempatan untuk pergi meninggalkan Jerman.Â
Viktor Emil Frankl lahir pada tahun 1905 dan meninggal pada tahun 1997 dalam usia 92 tahun. Viktor merupakan seorang Psikiater berkebangsaan Austria yang selamat dariNamun, karena ia tidak sampai hati meninggalkan orangtuanya, ia memilih untuk bertahan. Alhasil, ia pun harus menghadapi kenyataan dengan menjadi tawanan di kamp - kamp konsentrasi paling mematikan Nazi pada tahun 1942 - 1945.Â