Mohon tunggu...
Pemuda DusunBolorejo
Pemuda DusunBolorejo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemuda Dusun yang bergerak untuk membangun kemakmuran masyarakat dusun

Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenalkan Budaya Sejak Dini, Sepenting Itu?

2 Februari 2023   06:25 Diperbarui: 2 Februari 2023   07:14 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri (Derby bersama Menjeng Kim Hoa infone mazzeh)

Wong Jawa aja ilang Jawane
Wong Jawa aja ilang budayane
Wong Jawa aja ilang adate
Jawa digawa ning endi parane

Berikut satu bait lagu Jawa yang dipopulerkan oleh Sindy Purbawati. Lagu yang penuh sarat makna (khususnya untuk orang Jawa) ini memberikan peringatan bahwa orang Jawa jangan sampai lupa dengan jawanya, kebudayaannya, dan adatnya.

Kami rasa bukan hanya untuk adat Jawa saja, ratusan kebudayaan dan adat yang ada di Indonesia menginginkan anak dan penerus kita jangan sampai melupakannya. Mengingat zaman era digital terus menjajah kalangan anak-anak.

Sepenting Apa Budaya untuk Generasi Anak Era Sekarang?

Dokpri
Dokpri


Yang telah ditargetkan oleh Indonesia, Tahun 2045 tepat Republik Indonesia berumur 100 Tahun, pun juga Indonesia ingin memiliki generasi emas. Dalam hal tersebut Indonesia ingin memiliki generasi yang mempunyai integritas, karakter sebagai bangsa Indonesia, mudah beradaptasi dengan perubahan dan mampu memanfaatkan teknologi.

Dengan adanya target tersebut, mengenalkan budaya sejak dini bukanlah hal sepele dan akan mempunyai tujuan besar. Seperti yang kita tahu, jika usia anak saat ini berumur 5-10  tahun, maka di tahun 2045 mereka akan berusia 24-32 tahun. Merekalah yang akan menggerakkan bangsa kita akan dibawa ke mana.

Mengenalkan budaya sejak dini kepada mereka, bertujuan agar esok semakin adanya perkembangan era digital akan bisa mengenalkan budaya-budaya Indonesia kepada bangsa lain. Hal tersebut akan memperkuat karakter Bangsa Indonesia dari generasi emas.

Derby, Bocah Cilik Asal Bolorejo yang Gemar dengan Budaya Jawa

Dokpri
Dokpri


Seperti dalam artikel kami sebelumnya, Kediri mempunyai Hak Atas Kekayaan Intelektual yaitu Kesenian Jaranan Jawi Asli. Kesenian tersebut telah merangkul masyarakat dari semua kalangan, dari usia muda ke tua, pria dan wanita. Semua bisa menikmati kesenian tersebut.

Seperti bocah cilik yang berusia 9 Tahun ini. Mempunyai Nama lengkap Derby Mulya Wijaya yang menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN Wonorejo 2 Wates Kediri. Dia salah satu bocah dari beberapa teman sebayanya yang gemar dengan kesenian budaya Jawa.

Dengan kesenian Jaranan yang sedang marak di wilayah Kediri dan sekitarnya. Derby selalu tanpa absen untuk hadir dari pagelaran seni jaranan (untuk hari libur). Terlebih jika paguyuban yang pentas bernama Rogo Samboyo Putro, yang dijadikan favoritnya dari paguyuban lain.

Tidak hanya menikmati tontonan kesenian jaranan, Derby yang selalu hadir dengan pengasuhnya akan bertanya-tanya akan filosofi dari gerakan-gerakan yang disuguhkan oleh paguyuban tersebut.

Pengasuhnya yang menjadi salah satu anggota Pemuda Dusun Bolorejo pun juga lahir dari keluarga seniman jaranan. Dengan senang hati menjelaskan filosofi-filosofi gerakan tari seni jaranan. Dari keluarnya Kuda kepang, Tari perang celeng, hingga rampokan seni barong.

Dari penjelasan itulah Derby belajar berkenalan dengan Kesenian Tradisi Jawa asli Kediri. Tak hanya itu, jika ada kesempatan ia juga tak segan untuk meminta berfoto bersama personel idola paguyuban jaranan. Salah satunya bersama Menjeng Kim Hoa yang sempat viral di berbagai sosial media dengan kata-kata "dikasih info mazzzeeeh".

Dokpri (Derby bersama Menjeng Kim Hoa infone mazzeh)
Dokpri (Derby bersama Menjeng Kim Hoa infone mazzeh)

Derby Bersama Bondan Permadi (dokpri)
Derby Bersama Bondan Permadi (dokpri)

Derby, bocah kelahiran 2013 ini sering juga mengatakan ingin menjadi salah satu tokoh personel dalam sebuah paguyuban tersebut. Tak segan-segan, ia juga memiliki beberapa properti tokoh yang digunakan dalam seni jaranan, dari topeng pujang ganong, ketekan (topeng berwujud monyet), Celengan (anyaman bambu berbentuk celeng/babi hutan), serta pecut samandiman. Semua itu adalah properti utama yang digunakan untuk kesenian jaranan asli Kediri.

Derby dan Koleksinya (dokpri)
Derby dan Koleksinya (dokpri)


Dengan kegemarannya ini, Derby juga memotivasi kepada teman sebayanya untuk gemar dengan seni jaranan. Karena pada suatu kesempatan ia pernah menjawab dari satu pertanyaan yang muncul dari pengasuhnya.

"Kenapa kamu senang dengan jaranan?"
Dia menjawab dengan tetesan air mata "karena aku kasihan dengan Klono Sewandono, yang sudah perang untuk menciptakan tontonan yang seru"

Jawaban tersebut muncul karena cerita-cerita yang didongengkan dari pengasuhnya sendiri. Dimana setiap sebelum tidur, Derby selalu diceritakan legenda-legenda yang ada di Kediri termasuk asal mula seni jaranan.

Semoga saja, Derby menjadi salah satu pelopor untuk generasinya agar selalu mencintai budaya Indonesia.

Sekian..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun