Mohon tunggu...
Lendra Bayu
Lendra Bayu Mohon Tunggu... karyawan swasta -

[ Blogger, Reviewer, Reporter. ] \r\n\r\nKadang males buat bales komentar. Pliss.. Jangan marah kalau komentar kamu gak saya bales. Ikhlasin aja, biar Tuhan yang bales :P\r\n\r\nCP: lendra.mail@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Andi Malarangeng Mundur, Sifat Ksatria?

7 Desember 2012   04:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:04 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak lama setelah dicekal oleh KPK karena ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi Hambalang, Andi Malarangeng mengajukan mundur dari jabatannya. Seperti diberitakan Kompas dalam berita berjudul "Tersangka, Andi Mallarangeng Mundur dari Jabatan Menpora" Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dikabarkan menerima surat pengunduran diri mantan Menteri Pemuda Dan Olahraga ini Jumat pagi.

Hal yang menjadi perhatian saya adalah pengunduran diri Andi Malarangeng ini ternyata tidak membuat publik menjadi puas. Tentu masih ada proses penyelidikan lebih lanjut terkait kasus korupsi yang dituduhkan kepadanya. Namun aneh rasanya melihat beberapa orang malah mencela keputusan mundur Andi Malarangeng.

Di Indonesia, bukan hal aneh jika muncul berita seorang pejabat ditetapkan sebagai tersangka, tapi ngotot mempertahankan posisinya. "Gila, udah jadi tersangka masih gak mau mundur juga," begitu komentarnya.

Sekarang, pejabat yang jadi tersangka itu sudah mundur, komentarnya berubah jadi "Kenapa baru mundur sekarang? Harusnya sejak sebelum ditetapkan jadi tersangka dong!"

Saya yakin jika Andi Malarangeng mundur sebelum ditetapkan jadi tersangka, komentar publik pasti "Dih mundur, berarti benar nih dia tersangka korupsi!"

Saya tahu salah satu sifat dasar manusia adalah tidak pernah puas. Tapi fenomena ini kok kesannya negatif ya, seolah bergeser jadi 'tidak pernah puas mencari kesalahan orang lain'.

Saya tidak menyebut mundurnya Andi Malarangeng dari jabatan Menpora sebagai sifat ksatria, saya tahu tindakan tersebut adalah hal yang sewajarnya dan oleh karena itu tidak perlu dipuji. Tapi justru bukankah sifat yang 'sewajarnya' ini sudah menjadi barang langka di Indonesia?

Tampaknya Mendiknas (yang bertanggungjawab atas kurikulum pendidikan Indonesia) perlu mencermati fenomena ini dan menemukan solusi yang tepat. Saya hanya tidak ingin bangsa kita menjadi bangsa apatis dan memandang semua hal dengan negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun