Merujuk berbagai sumber, secara leterlek King Maker artinya “Pembuat Raja”. Kalau mengacu pada Cambridge Dictionary, bermakna tokoh yang punya pengaruh terhadap pilihan seseorang untuk posisi berkuasa dalam satu organisasi.
Sebelum helatan pilpres 2024 kemarin, Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda pernah menyebut Presiden Jokowi sebagai King Maker. Pak Jokowi dianggap mampu kasih pengaruh terhadap penentuan figur capres-cawapres.
Selain itu, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan “Pemilik” PDIP Megawati Soekarno Putri juga di identikkan sebagai King Maker. Mengapa, karena Paloh dan Mega punya kuasa mendaftarkan kandidat ke KPU.
Bulan November 2024 mendatang di Kabupaten Bondowoso akan dilaksanakan Pilkada. Harap maklum, Pilkada sebenarnya sama dengan Pilpres. Bedanya cuma di tataran level. Pilpres tingkat nasional. Sementara Pilkada lokal.
Pastinya, beberapa tokoh politik lokal Bondowoso yang kebetulan punya jabatan sebagai Ketua Partai seperti Surya Paloh dan Megawati berpotensi besar untuk disebut sebagai King Maker. Lalu siapa saja mereka..?
Lepas dari soal perolehan suara, di PKB ada Ahmad Dhafir, PPP KH. Salwa Arifin, Golkar Adi Krisna, PDIP Irwan Bakhtiar, Gerindra Setyo Budi, Demokrat Subangkit Adi Putra dan di PKS Ketut Yudi Kartiko.
Pertanyaannya kemudian, siapa diantara mereka yang punya rekam jejak paling sukses menjadi King Maker..? Jawabnya adalah Ahmad Dhafir. Ya benar. Tokoh yang sudah kenyang makan asam garam politik selama puluhan tahun itulah orangnya. Mau bukti..? Ini dia gambarannya.
Kita runut sejak pilkada jaman reformasi. Karena sebelum reformasi, pilkada tak ubahnya proses ritual. Yang penting ada. Sementara pemenangnya sudah ditentukan oleh penguasa di pusat sana. Sehingga, pada masa sebelum reformasi eksistensi King Maker tak terlalu signifikan.
Anda yang kebetulan intens mengikuti proses perjalanan politik di lokal Bondowoso pasti ingat rekaman masa pilkada tahun 2003 hingga 2018. Pada kurun waktu kurang lebih selama 15 tahun itu, peran Ahmad Dhafir sebagai King Maker begitu sangat dominan.
Bukan cuma dominan, lebih dari itu bahkan sukses besar menjadikan pasangan kandidat di posisi pemenang. Yang kemudian berlanjut dilantik menjadi Bupati. Pimpinan eksekutif warga Bondowoso.
Mari kita kuak sedikit. Tolong kembalikan ingatan kita pada pilkada tahun 2003. Pada masa itu, kandidat yang bertarung adalah pasangan bupati Mashoed dan wakil bupati KH. Salwa Arifin. Lawan yang dihadapi Totok Sudarto dan KH. Saiful Haq.
Hasilnya, pasangan Bupati Mashoed dan Wakilnya KH. Salwa Arifin keluar sebagai pemenang. Kemudian, siapa aktor dibalik kemenangan ini, tak lain tak bukan ialah Ahmad Dhafir.
Lanjut ke pilkada tahun 2008. Dimana untuk pertama kalinya kandidat di pilih langsung oleh rakyat. KH. Salwa sebagai Wakil Bupati ikut nyalon diposisi Bupati. Berpasangan dengan KH. Imam Thahir. Ada juga pasangan Bapak Misnan dan KH. Sobri Washil Ghozali.
Anda tahu, mereka bukan tokoh kaleng-kaleng. Warga Bondowoso sudah amat familier terhadap eksistensi mereka. KH. Salwa adalah Rois Syuriyah PCNU, KH. Imam Thahir Ketua PPP, Bapak Misnan Ketua Golkar dan KH. Sobri Washil Ghozali kader potensial NU.
Pastinya, menghadapi tokoh-tokoh beken tersebut di Pilkada Bondowoso bukan pekerjaan ringat. Tapi super amat berat. Bagai adu lomba lari manusia lawan cheetah. Itu loh seekor ras kucing besar yang punya kemampuan lari hingga mencapai 100 km per jam.
Anehnya, Ahmad Dhafir yang ketika itu sudah menjabat sebagai ketua PKB malah cari sensasi. Sudah tahu yang ikut pilkada merupakan tokoh-tokoh hebat, justru malah mencalonkan seorang anggota Fraksi PKB DPR RI bernama Amin Said Husni. Dipasangkan dengan seorang birokrat bernama Haris Sonhaji.
Siapa Pak Amin..? Secara nasab, beliau memang termasuk bagus. Merupakan keturunan Kyai dan kiprahnya di pusat tergolong menonjol. Lebih dari itu, juga menantu dari tokoh NU Bondowoso KH. Khusnan Thoha.
Tapi kelemahannya, Pak Amin merupakan orang baru di Bondowoso. Jika di endorse buat kepentingan pilkada, butuh kerja ekstra. Disamping harus mengolah strategi untuk menang, terlebih dahulu wajib di naikkan popularitasnya.
Tapi siapa sangka, menghadapi kandidat Salwa-Thahir dan Misnan-Sobri yang senyatanya lebih populer, pasangan Amin-Haris malah leading sebagai pemenang. Lagi-lagi, disini Ahmad Dhafir menunjukkan kapasitasnya sebagai King Maker.
Kemampuan Ahmad Dhafir sebagai King Maker, ditunjukkan kembali pada pilkada 2013. Ketika itu, Pak Dhafir sukses menduetkan incumbent Bupati Amin dengan mantan rival di pilkada 2008 KH. Salwa. Lawannya, pasangan Mustawi-Mannan. Sesuai prediksi, Amin-Salwa menang mudah. Disini, kembali Ahmad Dhafir menunjukkan bukti sebagai King Maker handal.
Lalu tahukah anda dampak lanjutan dari kesuksesan Ahmad Dhafir sebagai King Maker..? Sini saya kasih tahu. Hasil kepemimpinan Mashoed-Salwa, Amin-Haris dan Amin-Salwa yang semuanya di kreasi oleh Pak Dhafir, relatif sukses memimpin Bondowoso. Ini diakui oleh banyak kalangan.
Sekarang mari kita fokus ke Pilkada tahun tahun 2018. Mungkin karena dianggap berhasil mendudukkan tiga pasang kandidat sebagai Bupati, di tahun 2018 Pak Dhafir nyabup sendiri. Berpasangan dengan seorang birokrat bernama Hidayat.
Lawannya adalah tokoh yang pernah di endorse oleh Pak Dhafir. Yaitu KH. Salwa Arifin, yang berpasangan dengan Ketua PDIP Irwan Bakhtiar. Ketika itu, hasil survey dan opini masyarakat optimis pasangan Dhafir-Hidayat mampu mengalahkan Salwa-Bakhtiar.
Namun apa fakta yang terwujud..? Pasangan Dhafir-Hidayat kalah. Rupanya, Allah tak berkenan memindah jabatan Pak Dhafir. Dari yang sebelumnya sebagai Ketua DPRD menjadi Bupati Bondowoso.
Kemudian, apa dampak lanjutan akibat Pak Dhafir tak lagi menjadi King Maker tapi malah ikut-ikutan bertarung sendiri di gelanggang pilkada..? Sini saya kasih tahu juga. Dampaknya ternyata kurang mengembirakan.
Lepas dari berbagai faktor, kepemimpinan Salwa-Bakhtiar pada periode 2018 hingga 2023, yang nyata-nyata bukan hasil endorse Sang King Maker Ahmad Dhafir, menimbulkan kesan bermasalah. Mulai dari soal menejemen pemerintahan, infrastruktur, isu jual beli jabatan dsb.
Beberapa dampak negatif tersebut sering menjadi keluhan warga Bondowoso. Baik yang disampaikan lewat media sosial, berita di media mainstream maupun yang di utarakan langsung kepada wakil rakyat di gedung parlemen. Pokoknya, pada masa ini Bondowoso agak suram.
Sebentar lagi, warga Bondowoso kembali akan dihadapkan pada helatan pilkada. Pertanyaanya kemudian, apakah keluhan serupa jaman pemerintahan Salwa-Bakhtiar masih akan berlanjut pada lima tahun mendatang..?
Kita yakin, jawaban warga Bondowoso pasti akan mengatakan “tidak”. Lalu bagaimana caranya..? Tempatkan kembali posisi Ahmad Dhafir sebagai King Maker. Kita kasih keleluasaan buat beliau untuk merancang kreasi seperti apa komposisi Bupati-Wakil Bupati Bondowoso pada periode 2024-2029.
Agar apa..? Agar warga Bondowoso bisa kembali menikmati kinerja sebagaimana masa kepemimpinan Mashoed-Salwa, Amin-Haris dan Amin-Salwa. Kalau Ahmad Dhafir ikut bertarung, jangan-jangan malah tercipta kondisi Salwa-Bakhtiar jilid-2…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H