Sedapat mungkin saya dan istri bermusyawarah sebelum melaksanakan suatu hal atau memutuskan suatu masalah, sekecil apapun. Bahkan dengan putri kami yang berusia belum genap empat tahun. Bagi kami, melaksanakan suatu hal atau memutuskan suatu masalah tanpa dimusyawarahkan terasa tidak enak saat menjalaninya. Apalagi untuk hal-hal yang menurut kami besar, kami biasa bermusyawarah dengan orang tua, mertua, ipar dan lain-lain.
Bermusyawarahlah. Bermusyawarahlah sebelum melaksanakan suatu hal atau memutuskan suatu masalah. Tidak bijak apabila kita melaksanakan suatu hal-yang melibatkan orang lain-atau memutuskan suatu masalah tanpa bermusyawarah terlebih dahulu. Sebab bisa jadi, kita kurang menguasai hal-hal atau masalah itu, dan siapa tahu ada pihak yang kurang setuju dengan pendapat kita.
Demikian pentingnya fungsi bermusyawarah sehingga : “Rasulullah Salallahu ‘Alaihi wa Salam mengajak para sahabatnya-radhiyallahu ‘anhu- bermusyawarah ketika mengahadapi hal-hal yang sulit maupun mudah.” demikian kata Syaikh Musthafa Al ‘Adawy di dalam kitabnya Fiqhul Akhlaq wal Muamalat bainal Mu’minin. Padahal Rasulullah Salallahu ‘Alaihi wa Salam adalah sebaik-baik teladan.
Saya membagi musyawarah menjadi dua, yaitu musyawarah untuk menyatukan tujuan dan musyawarah dengan orang yang bijak, berpengetahuan luas dan berpengalaman.
1.Musyawarah untuk menyatukan tujuan
Kita harus tahu, pendapat seseorang dengan orang lain bisa jadi berbeda. Untuk mencapai suatu tujuan, kita harus menyatukan pendapat-pendapat itu dengan bermusyawarah, menyeleksinya dan memutuskan pendapat mana yang paling cocok untuk dilaksanakan. Hal ini sangat penting, sebab kalau tidak seperti itu, dikhawatirkan terjadinya ketidakpuasan dari salah satu pihak. Dengan bermusyawarah, seseorang yang mengeluarkan pendapat yang salah akan tahu kesalahan pendapatnya dan mengakui bahwa pendapat yang terpilih merupakan pendapat bersama (ini untuk orang yang berjiwa besar lho!).
Seorang pemimpin yang baik, pasti menjadikan musyawarah sebagai hal yang selalu dilakukan. Sebab, bisa jadi ada anak buahnya yang tidak setuju apabila dia menetapkan suatu tujuan hanya berdasarkan pendapatnya sendiri. Disamping itu,masukan-masukan dari anak buahnya bisa jadi lebih baik daripada pendapatnya. Dan, musyawarah menjadi hal yang bisa mengurangi jarak antara pemimpin dan anak buahnya.
2.Musyawarah dengan orang yang lebih bijak, berpengetahuan luas dan berpengalaman
Imam Al Mawardi berkata di dalam kitabnya Adabud Dunya wad Dien, “Ciri kematangan berpikir seseorang adalah tidak memutuskan suatu masalah sebelum bermusyawarah dengan orang yang bijak, berpengetahuan luas dan berpengalaman..”
Secara logika, manusia tidak mengetahui atau menguasai semua hal. Untuk itu, diperlukan musyawarah atau berembuk dengan orang yang bijak, berpengetahuan luas dan berpengalaman sebelum seseorang memutuskan suatu masalah. Dengan ini, diharapkan akan memperkecil kesalahan dan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Dengan bertanya kepada orang yang bijak, berpengetahuan luas dan berpengalaman juga diharapkan hasil yang terbaik dari apa yang kita lakukan. Orang yang bijak, berpengetahuan luas dan berpengalaman bisa jadi memberikan petuah petuah yang sangat tepat bila dibandingkan apabila kita berkonsultasi dengan orang yang tidak seperti mereka. Apalagi hanya dengan pendapat sendiri.
Demikianlah,
Setelah kita tahu betapa pentingnya bermusyawarah, maka mari kita jadikan musyawarah sebagai tradisi. Jangan kita menjadi orang yang angkuh dengan akal kita, sehingga menjadikan kita segan untuk bermusyawarah. Dan janganlah kita menjadi orang yang keras kepala, karena biasanya keputusannya jauh dari kebenaran. Ini bukan pendapat saya lho, ini adalah pendapat Saif bin Dzi Yazan, yang saya nukil dari kitab Adabud Dunya wad Dien.
Tapi tidak semua hal harus dimusyawarahkan. Jika kita sudah menguasainya dan memang tidak perlu untuk dimusyawarahkan, maka tidak perlu dimusyawarahkan. Syaikh Musthafa Al ‘Adawy berkata,” Namun,tidak setiap tindakan harus meminta pendapat setiap orang terlebih dahulu. Cukuplah bahwa anda yakin akan kebenaran sikap anda, setelah itu bertawakalah.”
Sebagai penutup, saya nukilkan syair dari Bisyar bin Burd ;
Bila sampailah pendapat musyawarah minta tolonglah
Dengan pendapat yang akurat atau penasihat yang bijak
Dan jadikanlah musyawarah sebagai beban berat
Bulu halus di sayap burungpun adalah penguat bulu kasarnya.
Dari blog saya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H