Mohon tunggu...
Pembuat Tempe
Pembuat Tempe Mohon Tunggu... -

Nothing.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kepada Pak Jokowi: Sekali lagi, Tolong Hapus Subsidi BBM!

5 September 2014   02:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:35 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Presiden Yth.
Rakyat sudah paham kok. Tidak perlu ragu, tidak peru takut, hapuslah subsidi BBM sama sekali. Dengan menghapus subsidi BBM, beban rakyat menjadi berkurang. Untuk apa sih sebenarnya subsidi BBM? 99% buat transportasi kan? Ya sudah, perbaiki saja transportasi. Dengan demikian rakyat lebih banyak mendapatkan manfaatnya. Bukan orang mampu saja yang menikmati.

Cobalah lihat hitungan rekan kompasioner ini, Rudi Rdian, http://www.kompasiana.com/rudyrdian :
Tukang Ojek tiap hari isi 3 liter, dapat subsidi (12000-6500) = 5500 x 3 = Rp. 16.500,-/hari.
Office Boy tiap hari isi motor 2 liter, dapat subsidi 5500 x 2 = Rp. 11.000,-/hari.
Manager tiap hari isi mobil 10 liter, dapat subsidi 5500 x 10 = Rp. 55.000,-/hari.
DIrektur tiap hari isi mobil 20 liter, dapat subsidi 5500 x 20 = Rp. 110.000/hari.
Pemulung, ga punya motor…..ga beli bensin, subsidi = Rp. 0,-/hari
Jadi setuju…BBM dikurangi subsidinya karena yang dikasih duit pemerintah adalah orang mampu,

dan ekstremisasi dari hitungan tersebut:
Misalnya, subsidi jadi RP 2.000,- Direktur dapet Rp 2.000,- x 20 liter = Rp 40.000,- Pemulung dapet Rp 2.000,- x 0 liter = Rp 0,- …

Lihatlah, betapapun kecilnya subsidi BBM, yang lebih menikmati tentu orang mampu, punya mobil atau sepeda motor. Si Fulan yang tak punya motor apalagi mobil, tidak mendapatkan manfaat sama sekali.

Tapi bukankah di daerah terpencil banyak orang tak mampu yang memerlukan BBM? Untuk transportasi harian? Nah .... transportasi! Perbaikilah transportasi, sampai ke pelosok. Kasus seperti ini mestinya pemerintah yang menangani. Bukan swasta. Buat melaut? Ehm .... Pak Presiden kan punya visi misi untuk memajukan kampung nelayan, lengkap dengan bank, rumah pendingin, pengalengan, pasar ikan, dan lain-lain. Masak tidak memikirkan perahu, kapal dan operasionalnya? Lagi pula di daerah terpencil pun nelayan membeli BBM subsidi dengan harga 10-15 ribu rupiah per liter karena melalui pengecer.

Tapi, kan masih banyak rakyat yang memakai kompor minyak tanah. Yah, kasih saja subsidi minyak tanah untuk daerah tertentu. Tapi jangan lupa kasih warna biru lagi ya. Biar tidak dioplos sama bensin eceran. Dan, jangan lupa juga program konversinya. Kalau tidak bisa dengan gas, ya dengan briket batubara. Tokh harga batubara dunia lagi jatuh tuh. Atau dengan bahan bakar lain, kayu, arang, sekam, gergajian, listrik (why not?), kotoran sapi, dan lain-lain local wisdom ...

Duit 250 triyun rupiah setiap tahun sangat besar sekali. Sayang kalau hanya habis menguap menjadi BBM. Jika dimanfaatkan untuk hal-hal lain akan sangat lebih bermanfaat. Jangan dibagi-bagikan kayak presiden sebelumnya. Norak Pak! Cuma melegalisasikan kemalasan saja. Kita mesti membantu rakyat tak mampu, negara tapi bagi-bagi duit, itu pertanda pemerintahan pemalas. Tidak mau kerja, tidak mau mikir. Efeknya pun membuat rakyat semakin malas bekerja, malas mikir. Bikin program berkelanjutan dong. Laksanakan secara murni dan konsekuen dan konsisten. Kerja-kerja-kerja, mikir-mikir-mikir, bagaimana 250 trilyun rupiah setiap tahun itu bisa lebih bermanfaat.

Please Pak Jokowi, bacalah!

Sumber gambar:

http://www.intelijen.co.id/ini-dia-permainan-profesor-intelijen-sehingga-jokowi-terkesan-didzolimi/

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun