1. Lebih mudah dalam mengontrol kandungan pupuk. Sistim NFT jika distribusi air dimatikan dengan cara mematikan pompa airnya, maka 90% akan akan kembali ke bak tandon. Disaat itulah pengontrolan kandungan nutrisi dilakukan, dengan demikian semua tanaman akan mendapatkan pasokan nutrisi yang sama. Pengontrolan nutrisi bisa dilakukan dengan TDS meter yang akan menghasilkan nilai Part Per Million (PPM).
2. Hemat air. Tidak seperti sistem DFT, Sistem hidroponik NFT, tidak ada genangan air didalam instalasi. Air hanya mengalir tipis pada setiap instalasi, jika pompa dimatikan maka seluruh air dengan cepat akan kembali ke bak tandon.
3. Hemat nutrisi. Oleh karena sistem NFT hemat air, maka secara otomatis nutrisi yang diperlukan juga lebih sedikit untuk mencapai PPM tertentu.
Pada dasarnya, prinsip kerja sistem hidroponik NFT adalah air dan nutrisi yang digunakan secara berulang setelah melewati tanaman. Dengan cara ini air dan nutrisi yang digunakan menjadi lebih hemat.
Sudah banyak petani berskala rumahan dan skala industri yang menggunakan sistem hidroponik NFT karena hemat, efisien dan praktis.
Adapun pompa yang digunakan untuk mengalirkan air dan nutrisi dari bak penampung menuju tempat penanaman tidak mengambil listrik dari rumah warga, melainkan memanfaatkan tenaga surya sebagai sumber energi listrik bagi pompa.
Didukung dengan bantuan baterai aki, maka tanaman dapat memperoleh nutrisi selama 24 jam ataupun ketika cuaca sedang mendung, dimana ketika malam hari atau cuaca mendung maka baterai aki akan menyuplai energi listrik ke pompa.
Sedangkan ketika pagi atau cuaca cerah maka panel surya akan menyuplai energi listrik ke pompa sekaligus mengecas baterai aki sehingga dapat digunakan kembali ketika dibutuhkan.
Dengan demikian, sistem hidroponik NFT yang digabungkan dengan sistem panel surya mampu menghemat pengeluaran warga khususnya untuk biaya listrik, sehingga sistem hidroponik yang digunakan menjadi semakin hemat dan efisien.