Mohon tunggu...
PELITA
PELITA Mohon Tunggu... Petani - Pelita (Pesan Literasi)

Ikatlah Ilmu dengan Tulisan. Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bahagia ala Mazhab Ellea (Epicurianism)

30 Januari 2020   10:00 Diperbarui: 30 Januari 2020   10:03 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua, kebahagiaan adalah ketika memiliki uang yang banyak, hidup serba kecukupan. Mari kita lihat apakah definisi ini sudah tepat! Biasanya, orang yang mengejar kebahagiaan dengan mengumpulkan uang atau harta sebanyak-banyaknya, akan mengorbankan banyak hal agar dapat mewujudkan keinginannya. Lho kok kebahagian justru ada yang harus dikorbankan, bukannya pengorbanan itu identik dengan rasa sakit? Wahh ini pasti kurang tepat juga nihh.

Ketiga, kebahagiaan adalah ketika hidup dalam kemewahan dan bergelimangan harta. Sebenarnya dibalik orang yang cinta akan kemewahan ada sesuatu yang hendak kita dapatkan yaitu ketenangan tanpa banyak pikiran sana-sini sesuatu yang tidak jelas, tidak dalam hidup yang membosankan. Tapi rata-rata orang yang memiliki harta banyak malah makin resah dan gelisah karena memikirkan hartanya yang banyak itu. Takut berkurang, dicuri dan lain-lain.

Lalu sumber kebahagiaan itu dimana? Kebahagiaan akan hadir dalam kehidupan kita kalau memiliki teman yang baik, romantis dalam menjalin hubungan persahabatan bukan romantis dalam hal seksualitas. 

Kebahagiaan itu ada pada kemampuan seseorang untuk bekerja sendiri secara bebas bukan dengan terpenjaranya dalam limpahan banyak uang, kebahagiaan itu tidaklah ada pada tingkatan status sosial melainkan kemampuan seseorang membuat perubahan itulah yang melahirkan ketenangan serta kebahagiaan.

Selanjutnya, epicurianisme memberikan tawaran bahwa dalam hal keinginan terdapat tiga tingkatan yang harus mampu dibedakan diantaranya. Pertama adalah keinginan Natural-Neccessary, yaitu keinginan alamiah seseorang dan wajib dipenuhi. Seperti makan, minum, tempat tinggal dan lain sebagainya.

Kedua, Natural-Unneccessary yaitu keinginan yang alami tapi tidak mesti dipenuhi. Seperti tempat tinggal yang luas yang didalamnya terdapat kolam renang, makanan yang serba mahal, pakaian yang super cantik dan lain-lain. Adapun yang ketiga adalah Unnatural yaitu keinginan yang tidak alamiah. Seperti memiliki tambang emas, tokoh besar, koleksi emas, jadi pengusaha sukses, jadi penguasa, menjadi orang terkenal.

Untuk mencapai kebahagiaan yang durasinya lama bahkan abadi, maka abaikan yang ketiga dan fokus pada yang pertama sebab keinginan yang tidak alami akan membawa kepada kekecewaan, ketidaksesuaian, ketidakpuasan, tidak nyaman dan dapat merusak kesehatan. Setiap keinginan yang hendak kita wujudkan harus dipahami konteksnya secara tamam (utuh). 

Contohnya banyak orang yang ingin terkenal tapi endingnya menyusahkan. Banyak orang menjadikan sumber kebahagiaannya adalah uang dan harta tapi pada akhirnya juga banyak ketakutan karena takut kehilangan. Ini merupakan suatu bukti bahwa kesenangan Natural-Unneccessary dan kesenangan Unnatural tidak utuh membahagiakan malah akan berubah menjadi keresahan.

Meskipun kesenangan membahagiakan tapi tidak semua kesenangan harus dipenuhi. Cukup buat sesuatu yang sifatnya sederhana namun membuat kebahagiaan tidak lentur. Merasa cukup/qona'ah sudah sangat cukup membahagiakan. Kenapa orang mengalami kekecewaan, karena rasa cukup baginya terlalu sedikit.

Resep terakhir, karena tujuan hidup adalah mencari kesenangan, tidak mungkin seseorang dapat meraih kesenangan kaIau tidak hidup secara bijaksana, terhormat dan adil dan tidak mungkin orang dapat dikatakan bijaksana, terhormat dan adil kalau tidak senang. Segala sesuatu yang terjadi tidak harus sesuai dengan kehendak kita dan segala sesuatu yang terjadi juga tidak selalu diluar kehendak kita.

Dokpri
Dokpri
Usman Suil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun