Mohon tunggu...
Peduli Konseling
Peduli Konseling Mohon Tunggu... -

Kampanye kepedulian konseling, keluarga dan kesehatan mental.\r\nPelikan Indonesia, www.pedulikonseling.or.id

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Adiksi Game

26 April 2011   01:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:24 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_103249" align="aligncenter" width="300" caption="fr Google"][/caption]

Game itu Memang Asyik

Kenapa anak suka sekali bermain game?Jawabannya sederhana, game itu memang enak dan mengasyikkan.Sebenarnya anak ingin sekali bisa ngobroldengan orangtua, tetapi orangtua sibuk. Mereka ingin sekali diskusi dan curhat dengan ayah atau ibunya. Tapicara bicara ortu tidak asyik bahkan cenderung menjengkelkan. Mereka butuh ortu yang enak diajak ngobrol, jadi teman. Beberapa remaja berkata kepada kami :“Belum dengar papa mama bicara wajah mereka saja tidak enak dilihat”. Mereka mengeluhkan, bicara dengan ortu sering tidak nyambung. Dalam keadaan seperti itulah mereka melarikan diri mencari kegiatan yang asyik. Ternyata mereka temukan dalam bermain GAME.

Ditengah dunia yang makin mekanistik banyak anak yang kesepian. Mereka butuh hiburan. Inilah yang dimanfaatkan produsen Game.Mereka menggelontorkan ribuan hingga jutaan game. Mulai lewat PC, FB, HP,I Touch, Game Boy, PS, Nintendo, dll.Game menjadi kegiatan alternatif yang menghibur bagi anak-anak. Mereka berhasil. Menghibur lewat dunia maya. Karena dunia nyata makin tidak nyaman, malah kadang menyakitkan, maka sebagian anak melarikan diri ke dunia maya.

Game Vs Ortu

Salah satu fasilitator lembaga kami, Martin Elvis pernah meneliti di kalangan remaja tentang apa yang mereka kamu inginkan dari ortu. Dua jawaban tertinggi adalah: Bisa jadi tempat curhat dan ada waktu lebih sering ngobrol.

Jika kita tidak memberikan pada anak komunikasi yang baik pada anak dengan segenap waktu, tenaga dan pikiran kita maka itu bisa diambil alih oleh media audio-visual. Sesungguhnya kita sedang berlomba dengan media.

Meski game sangat disukai anak-anak, ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan oleh Game terhadap anak-anak kita. Hanya kita yang bisa melakukannya. Pertama, tidak dapat menyebut atau memanggil nama anak kita dengan emosi, tidak mempunyai perhatian secara pribadi, anak kita dianggap sebagai konsumer. Ikitalah pribadi yang bisa memanggil namanya, memperhatikan dia, menatap matanya, dan berkomunikasi secara pribadi dengan dia. Kedua, tidak dapat memangku anak kita atau memeluk anak kita. Ketiga, tidak bisa membacakan buku cerita sebelum tidur. Keempat, Game juga tidak pernah bisa mendengarkan anak kita.

Bila Anak Kadung Candu game

Bila anak kadung adiksi game, apa yang orangtua lakukan? Kecenderungan klien kami adalah mengeluhkan anaknya. Minta supaya anak di konseling. Minta anaknya harus berubah dan sebagainya.Ini terbalik. Sesungguhnya ortu lah yang perlu di konseling. Orangtualah yang harus berubah lebih dulu.Jangan paksakan anak berhenti main atau mengurangi game lebih dulu.Tidak ! Tetapi sementara anak belum bisa lepas dari game, orangtualah yang mengubah diri. Beberapa saran praktis:

1.Sediakan waktu dan kebersamaan dengan anak lebih banyak. Menemani anak di rumah. Jika anda sangat sibuk, aturlah sedemikian rupa. Anggap saja anak andasedang “sakit” dan perlu ditemani.

2.Mengembangkan cara berkomunikasi yang lebih enak dan nyambung dengan anak.

3.Berusaha memahami kebutuhan anak, termasuk bahasa anak. Menyelami game-game yang dimainkan supaya bisa menjadi pintu masuk anda bicara dengan anak.

4.Rencanakan waktu mulai makan bersama dan rekreasi bersama. Nobrol dengan remaja yang enak adalah saat situasi mereka juga enak, saat makan dan santai.

5.Jangan bicara apalagi dengan marah-marah kepada anak saat mereka sedang main game. Itu justru membuat mereka bertambah terluka. Berusaha bicara dengan menatap anak dengan kasih sayang.

6.Jika ibunya yang lebih nymabung biar si ibu yang jadi jubir. Jika si ayah yang lebih tepat bicara, biar si ayah yang bicara dengan si anak. Jangan bicara saat anak sedang tidak suka-suka anda ajak bicara. Hanya menambah luka si anak.

7.Jika konflik makin tajam dan anak Anda sudah tidak mau mendengarkan Anda maka pergilah menjumpai seorang konselor dan mediator keluarga. Agar dia menjembatani kembali komunikasi yang retak dan rusak. Konselor ahli tentu punya cara menyambung kembali tali komunikasi yang sudah putus.

Tak Ada Jalan Yang Mudah

Jika komunikasi sudah disambung, ngobrol sudah enak barulah orangtuabisa meyampaikan keinginannya. Disepakati bersama apa saja kegiatan yang juga mengasyikkan buat anak. Hobby apa yang bisa dikembangkan dan disalurkan supaya perhatian anak tidak melulu ke game. Mendengar aspirasi dan harapan anak kepada ortu, dan sebagainya.

Kalau sudah kecanduan, maka tidak ada jalan yang mudah dan gampang. Kadang membuat kita menangis, dan berjuang kembali merebut anak-anak kita. Sebagai orang tua kitalah yang perlu denganrendah hati berubah. Supaya dengan perubahan kita anak-anak berubah.

Semoga bermanfaat

Bahan Pembelajaran Konseling & Parenting

Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun