Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pantai Nirwana Tawarkan Pemandangan Bak Surga

2 Juni 2020   04:03 Diperbarui: 2 Juni 2020   04:06 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara pantai, wilayah timur Indonesia banyak menyimpan potensi keindahan. Salah satunya ada di Kota Bau Bau, Sulawesi Tenggara. Di sana ada pantai yang sangat menawan, sesuai namanya Pantai Nirwana. Pantai tersebut berjarak kurang lebih 9 km dari pusat Kota Bau Bau.

Walau fasilitas pendukung di pantai tersebut terbilang lengkap, tampaknya belum banyak menarik wisatawan nusantara. Pengunjung yang datang ke sana sebagian besar masyarakat lokal. Itu juga hanya terjadi di hari libur atau akhir pekan saja.

Pantai Nirwana cocok untuk kegiatan berenang dan berjemur. Ini terkait dengan kondisi air laut di sana, yang cenderung tenang tidak bergelombang. Di titik-titik tertentu, masyarakat setempat mempercayai air Pantai Nirwana mempunyai khasiat.

Tidak heran jika di sana bisa dijumpai beberapa pengunjung sedang berendam di tepi pantai. Air laut di Pantai Nirwana dipercaya bisa membersihkan beberapa penyakit kulit. Selain itu, dengan berenang di sana bisa menyembuhkan penyakit asma. Udara di permukaan air laut Pantai Nirwana dianggap mampu memperlancar pernapasan bagi penderita asma.

Selain daya tarik air lautnya yang mengandung khasiat, banyak pemandangan di Pantai Nirwana yang bisa dinikmati pengunjung. Utamanya pasir putihnya yang menghampar luas. Ada baiknya bertelanjang kaki untuk merasakan lembutnya pasir putih, saat berjalan-jalan di tepi Pantai Nirwana.

Masih terlihat ada sampah

Sayang fasilitas tempat sampah kurang banyak. Jadi ada beberapa bekas sampah yang berserakan di pasir putih yang lembut. Kesadaran pengunjung untuk menjaga kebersihan masih rendah. Terlihat beberapa kulit jagung dan bonggolnya dibuang sembarangan.

Di Pantai Nirwana memang ada aktivitas bakar jagung atau bakar ikan yang dipesan pengunjung. Itu merupakan kegiatan favorit pengunjung di sore hari sambil menanti matahari tenggelam (sunset). Seusai memesan jagung bakar, pengunjung bisa mencari spot-spot tertentu yang dianggap cocok melihat matahari terbenam.

Sebenarnya, agak jauh dari pantai tersedia saung-saung yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk beristirahat. Jadi seusai berenang atau berendam, pengunjung bisa duduk-duduk di saung yang memang disewakan. Dari saung tersebut tetap bisa menikmati suasana sunset, sambil makan jagung bakar atau pesan ikan bakar. Di lokasi itu buang sampahnya lebih mudah.

Berenang dan berendam di tepi pantai sudah. Beristirahat di saung-saung sambil makan jagung bakar dan menikmati sunset juga oke. Lantas apalagi yang ditawarkan Pantai Nirwana untuk para pengunjung? Bagi pengunjung memiliki bekal uang berlebih, sebenarnya bisa menyewa peralatan diving.

Artinya keindahan Pantai Nirwana bukan sekadar di permukaan. Jika pengunjung mencoba aktivitas diving di sana, maka akan mendapati keindahan bawah laut Pantai Nirwana. Banyak terumbu karang yang bentuknya unik-unik. Pantas disebut Nirwana, karena menyimpan keindahan bawah laut bak surga dunia.

Keindahan Pantai Nirwana dilengkapi dengan kehadiran dua pulau kecil yang agak menjauh ke tengah laut. Dari tepi Pantai Nirwana, jika pengunjung melepas pandangan ke arah laut maka akan terlihat Pulau Kadatua dan Pulau Siompu.

Dua pulau tersebut, merupakan bagian dari sejumlah pulau-pulu kecil yang berada di perairan Buton. Pulau Kadatua dan Pulau Sidompu tidak kalah menariknya dengan gugusan kepulauan Wakatobi (Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko), yang lebih dulu terkenal.

Di kawasan Pantai Nirwana juga bisa dijumpai aktivitas nelayan yang melakukan pembudidayaan rumput laut. Sangat menyenangkan kalau pas berkunjung ke sana, para nelayan sedang melakukan panen rumput laut. Kita jadi tahu bagaimana proses nelayan memanen komoditas yang kini punya nilai jual tinggi itu.(Anwar Effendi)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun