Pelaksanaan tahun ini, menurut Ratu Arimbi, dipimpin Pangeran Patih  Raja Muhammad Qodiran, Patih Kesultanan Kanoman, yang mewakili Sultan  Kanoman  XII, yang mulia Kanjeng  Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin Esensi prosesi ritual ini merupakan ziarah kubur (Nyekar) keluarga dan kerabat Kesultanan Kanoman ke makam Raja-Raja Kesultanan Kanoman yang telah wafat dan disemayamkan di komplek Astana Gunung Sembung (komplek makam Sunan Gunung Jati).
Ketika sudah berkumpul di Astana Gunung Sembung, rombongan keluarga Keraton Kanoman  memasuki Kori (pintu) Gapura yakni pintu pertama yang  ada di dekat alun-alun dan Kori (pintu) Krapyak.  Kedua  Kori  tersebut,  merupakan  pintu  gerbang  dari pintu-pintu yang akan dilalui keluarga dan kerabat Kesultanan Kanoman, lalu kemudian memasuki pintu tujuh (Lawang Pitu) Giri Nur Saptarengga.
Ketujuh pintu itu, yakni pintu Pasujudan, yakni pintu yang  biasa  para  peziarah  umum berdoa  dan  bertawasul. Kemudian memasuki pintu Ratna Komala, pintu Jinem, pintu Rararoga, pintu Kaca,  pintu Bacem, baru kemudian ke pintu yang ke-7 yakni pintu Teratai, menuju ruangan dalam pesarean  Syekh  Syarif  Hidayatullah  atau  Sunan  Gunung Jati yang  berada  di  puncak bukit Gunung Sembung (Giri Nur Saptarengga). Â
Di ruangan dalam pesarean keluarga dan kerabat Kesultanan Kanoman melakukan  tahlil,  dzikir  serta berdoa di makam-makam leluhur Cirebon yang ada di dalam Gedung Jinem.  Di dalam Gedung Jinem terdapat makam  Kanjeng Sunan Gunung Jati(Syekh Syarif Hidayatullah) yang berdampingan  dengan makam ibundanya (Ratu  Mas Rarasantang atau Nyai Mas Panatagama  Syarifah Mudaim) dan  makam para leluhur yang selama ini, dikenal sebagai tokoh Cirebon. Â
Prosesi terakhir, keluarga Keraton Kanoman menuju Pesanggrahan Kanoman untuk jeda istirahat dan mencicipi hidangan  "jamuan  makan" yang disediakan Jeneng serta  Kraman Astana Gunung Sembung. Seusai jamuan  makan, rombongan keluarga Keraton Kanoman secara simbolis melakukan tradisi surak/sawer(membagikan uang).
Namun karena kondisi masih dalam situasi Covid-19, tradisi sawer diganti sementara dengan pemberian masker secara simbolis kepada masyarakat, guna menyampaikan pesan pentingnya menjaga kesehatan dengan memakai masker sebagai upaya  mencegah  penyebaran virus corona. (Anwar Effendi)***
*)Bahan tulisan disarikan dari keterangan resmi Kasultanan Kanoman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H