Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Grebeg Syawal Tetap Dilaksanakan, Acara Sawer Diganti Pembagian Masker

31 Mei 2020   15:27 Diperbarui: 31 Mei 2020   15:20 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prosesi memanjatkan doa di tradisi Grebeg Syawal. (foto: dok. Hafid Permadi)

Simpang siur digelar atau tidaknya tradisi Grebeg Syawal di kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah, tadi pagi terjawab sudah. Keluarga Keraton Kanoman tetap melaksanakan tradisi tahunan itu dengan memperhatikan protokol normal baru.

Grebeg Syawal sebenarnya tradisi keluarga keraton melakukan ziarah kubur ke para leluhur/pendiri Cirebon. Rombongan keluaraga keraton di kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah melakukan tahlil (memanjatkan doa).

Tradisi itu dilakukan setelah menyelesaikan enam hari puasa di Bulan Syawal, yang waktunya dihitung langsung setelah merayakan Idul Fitri. Namun di kalangan masyarakat cirebon, Grebeg Syawal diidentikan dengan merayakan Lebaran Kupat (Ketupat).

Pada tahun ini, sampai satu hari menjelang pelaksanaan, belum ada kepastian apakah tradisi Grebeg Syawal digelar. Itu terkait dengan masa pandemi covid-19 yang belum mereda. Namun tadi pagi, pihak Keraton Kanoman memutuskan tetap melakukan ziarah, dengan memperhatikan protokol norma baru.

Semua keluarga Keraton Kanoman yang berziarah ke kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah mengenakan masker. Selain itu, pada tahun ini acara Grebeg Syawal dimanfaatkan untuk mengusir (tolak bala) virus corona.

Masyarakat ikut memanjatkan doa di Bangsal Pasujudan. (foto: dok. Hafid Permadi)
Masyarakat ikut memanjatkan doa di Bangsal Pasujudan. (foto: dok. Hafid Permadi)

Suasana berbeda lainnya di tahun ini, masyarakat yang ikut menghadiri tradisi Grebeg Syawal tidak terlalu banyak. Biasanya masyarakat tumpah ruah tidak hanya memenuhi kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah, tapi juga meluber ke Jalan Raya Cirebon-Indramayu. Tiap ada Grebeg Syawal, lokasi itu sering macet.

Satu pembeda lainnya di tradisi Grebeg Syawal tahun ini, yakni acara saweran yang dilakukan keluarga keraton, dengan melemperkan uang koin diubah menjadi membagi-bagikan masker kepada masyarakat. Diharapkan dengan pembagian masker itu jadi lebih bermanfaat dengan kondisi sekarang ini.

Informasi yang disarikan dari keterangan resmi Keraton Kanoman, menyebutkan, Grebeg Syawal tidak hanya sekadar ritual ziarah dan silaturahmi antara keluarga Kesultanan Kanoman dengan seluruh lapisan masyarakat saja. Tahun ini Grebeg  Syawal bisa menjadi satu media ritual tolak bala pengusir wabah. 

Apalagi dalam Grebeg Syawal terdapat pembacaan doa-doa tolak bala seperti surat al-Mu'awwidzatain  (al-Falak & an-Nas) dalam setiap rangkaian tahlil di pesarean raja-raja Cirebon.

Juru Bicara Kesultanan Kanomanan Cirebon Raja Ratu Arimbi mengatakan, Grebeg Syawal merupakan tradisi yang menjadi prosesi ritual Kesultanan Kanoman Cirebon sejak beberapa abad lalu. Untuk tahun ini Grebeg Syawal merupakan komitmen  keluarga keraton pada  tradisi leluhur dan upaya  spiritual  doa  dalam mengusir wabah Covid 19 tanpa ada maksud melawan imbauan pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun