Apa kabar ibu-ibu, setelah ada larangan beraktivitas secara massal di tempat umum? Sebagian besar menjawab, aturan mulai dari lock down hingga physical distancing, sangat mengesalkan!
Semua kegiatan terhenti total. Arisan dihentikan sementara. Agenda piknik berantakan. Jadwal olah raga sepeti senam dibubarkan. Karena banyak berdiam diri di rumah, ibu-ibu mengaku badannya semakin bengkak. Berat badan tidak terkontrol lagi.
Setelah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan dan diterapkan protokol normal baru (new normal), langsung saja disambut riang gembira. Utamanya ibu-ibu komunitas senam, langsung saja mengagendakan jadwal gerak badan yang sudah lama tertunda.
Di beberapa wilayah Kota Bandung, memang sudah terlihat ibu-ibu komunitas senam kembali melakukan olah raga. Cuma mereka berani melakukannya baru di lingkup Rukun Warga (RW). Itu juga masih diliputi rawa waswas, jangan-jangan kegiatannya dibubarkan di tengah jalan.
Instruktur senam, Ibu Tien Kartini Herawati mengatakan, setelah PSBB dilonggarkan memang sudah ada beberapa permintaan untuk mengajar senam lagi. Namun permintaan yang diterima hanya kegiatan yang berskala kecil. Selain itu kegiatannya juga tidak terlalu mencolok.
"Paling baru di beberapa sanggar senam. Terus juga ada permintaan komunitas senam di sejumlah RW. Pesertanya juga paling 20 orang, maksimalnya 25 orang. Tidak berani mengambil kegiatan yang melibatkan banyak orang seperti di lapangan besar," kata Ibu Tien.
Sebelum diberlakukan PSBB, Ibu Tien memimpin kegiatan senam di sejumlah lapangan besar. Seperti di lapangan Lotte Mart, halaman GOR Bandung Jalan Jakarta dan lapangan Manjahlega. Anggota komunitas senam juga, sudah banyak yang memintanya kembali untuk mengajar senam.
Namun aktivitas yang dilakukan anggota komunitas senam, yang kembali berjalan saat ini, agak beda dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya. Hal yang paling mencolok adalah, setiap anggota komunitas senam mengenakan masker. Kemudian jaga jarak tetap dilakukan, jadi walau ada kumpulan massa saat senam, namun tidak saling berdekatan.
Walau begitu tetap saja, banyak ibu-ibu yang bandel. Saat melakukan gerakan senam, sebagian ada yang menurunkan masker tidak menutupi hidung dan mulutnya. Alasan mereka, kalau masker terus menutupi hidung dan mulut agak susah bernapas, apalagi banyak gerakan yang menguras tenaga.
"Kita ikuti saja prosedur protokol normal baru. Kalau senam sekarang harus pakai masker, ya sudah tidak apa-apa. Yang penting kita bisa olah raga. Ada gerakan yang menyehatkan. Sudah lama ini badan terasa pegal-pegal karena terlalu banyak diam di rumah," kata Ibu Triastui.
"Sudah lama tidak senam. Biasanya seminggu bisa tiga kali mengikuti aktivitas senam. Jadi saja berat badan naik sampai tiga kilo. Kalau berat badan naik, bawaannya sering malas. Untung sekarang kegiatan senam dibolehkan lagi, walau tempat dan jumlah pesertanya terbatas," ujar Ibu Lela.
Hal yang sama dikemukan Ibu Emi. Menurut dia, selain penting untuk kesehatan, kegiatan senam bisa mempererat tali silaturahmi utamanya ibu-ibu. Banyak sisi positifnya dalam melakukan senam. Pikiran suntuk juga hilang kalau sudah berkumpul dengan ibu-ibu komunitas senam.
Di sisi lain, semua ibu-ibu mengaku bahagia bisa kembali melakukan senam, walau harus izin kepada pengurus RW. Senam yang dilakukan ibu-ibu ada beberapa jenis, mulai dari Senam Jabar Juara, Senam Bandung Juara, Senam Santri, Senam Kang Pisman hingga ditutup senam Tiktok. Mereka memang terlihat gembira menyambut kebijakan protokol normal baru.(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H