Keindahan dan kemegahan Cikapundung Riverspot Kota Bandung kini tinggal cerita. Di awal penataannya pada tahun 2015, Cikapundung Riverspot merupakan taman yang asyik untuk nongkrong-nongkrong.
Taman sisi Sungai Cikapundung di Jalan Soekarno (dulu Jalan Cikapundung Timur) itu, kini tak terurus. Padahal, dulu Cikapundung Riverspot bagaikan magnet untuk menarik wisatawan. Bukan wisatawan lokal saja, tapi pengunjung dari luar Kota Bandung pun, menyempatkan diri untuk beristirahat dan menikmati Cikapundung Riverspot.
Lokasi Cikapundung Riverspot sebenarnya sangat strategis. Berada di sisi kanan Gedung Merdeka. Wilayah itu merupakan jantung Kota Bandung. Wajar jika dulu banyak wisatawan yang datang ke sana, karena lokasi mudah untuk dikunjungi.
Cikapundung Riverspot ditata berbarengan dengan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA). Sebagai tempat wisata, promosinya sangat mengena, karena saat itu banyak delegasi dari berbagai negara yang menghadiri KAA di Gedung Merdeka.
Taman Cikapundung Riverspot dibangun pada era Ridwan Kamil memimpin Kota Bandung. Kang Emil saat itu memang dikenal sebagai seorang Wagiman (Wali Kota Gila Taman). Semua sudut kota yang semula kumuh ditata dan dibangun menjadi taman yang indah, termasuk Cikapundung Riverspot.
Bahkan Cikapundung Riverspot bukan sekadar dibentuk menjadi taman, namun dilengkapi juga dengan fasilitas yang mewah. Di sana dibangun air mancur yang pancuran airnya disetting sekeliling lingkaran. Ketika air meluncur ke atas ada juga iringan musik.
Atraksi air mancur yang diiringi musik dan tata cahara lampu itu bisa dinikmati pagi hari dan malam hari. Pengunjung bisa menyaksikan pada pukul 07.00-10.00 atau pukul 19.00-22.00. Warga Bandung yang haus hiburan, menikmati hal itu. Apalagi pada akhir pekan, jumlah pengunjung membeludak, memadati area Cikapundung Riverspot .
Bukan itu saja, keberadaan Cikapundung Riverspot pun dilengkapi dengan tata cahaya yang menyenangkan para pengunjung. Jadi kalau wisatawan datang ke sana malam hari, akan menikmati suguhan tata cahaya lampu yang indah. Saat bersamaan pula meluncur air mancur yang diiringi musik.
Pengunjung yang datang ke Cikapundung Riverspot pun bisa duduk-duduk sesuai keinginan. Dulu disediakan tempat duduk yang menyatu dengan meja berderet memanjang. Warnanya sangat mencolok, yakni merah. Tapi pengunjung juga bisa memilih, tempat duduk yang terbuat dari cor semen yang disusun secara berundak-undak.
Namun sekarang, pengunjung yang datang ke Cikapundung Riverspot bakal mendapat kekecewaan. Jangankan menikmati air mancur yang meluncur dan diiringi musik. Untuk mencari tempat duduk saja sangat sulit. Fasilitas tempat duduk yang menyatu dengan meja sudah hilang dari area tersebut.
Lampu-lampu sorot sudah tidak berfungsi. Sebagian juga sudah hilang dari tempatnya. Kolam yang ada di sana sudah tidak berair. Keberadaan Cikapundung Riverspot kembali seperti awal sebelum mendapat penataan, yakni menampakan kesan kumuh.
Wisatawan pun tambah malas untuk berkunjung ke sana. Sekarang Cikapundung Riverspot kembali kepada fungsi semulanya. Lokasi itu lebih banyak dimanfaatkan sebagai area pasar koran dan majalah. Setiap dini hari, bongkaran koran dan majalah kembali dilaksanakan di sana.
Kalau pun pengunjung memaksa datang ke Cikapundung Riverspot cuma mendapati area yang kosong. Batu berserakan, seperti di beberapa pojok teronggok rongsokan besi bekas meja dan kursi. Kondisi itu sangat disayangkan, karena bisa menjadi citra buruk bagi sektor wisata Kota Bandung. (Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H