Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah.
Saat dapat tugas kerja ke Kota Pekanbaru ada rasa penasaran ingin berkunjung ke wilayah Siak. Rasa keingintahuan ke wilayah Siak, didorong juga oleh informasi di sana ada Jembatan Siak Sri Indrapura atauKalau bicara jembatan, saya sempat teringat waktu berada di Samarinda dan penasaran dengan Jembatan Kutai Kartanegara. Setelah mendatangi wilayah Tenggarong, akhirnya saya bisa melihat dari dekat keindahan Jembatan Kutai Kartanegara.
Nah, waktu berada di Kota Pekanbaru, saya tidak mau membuang-buang kesempatan untuk cari informasi kunjungan ke wilayah Siak. Kebetulan ada rekan yang sudah lama menetap di Pekanbaru bernama Agus Suroso. Dari keterangan dia, perjalanan darat dari Pekanbaru ke Siak bisa memakan waktu empat jam. Waduh, pikir saya, itu sama saja perjalanan dari Bandung menuju Cirebon.
Tapi untuk mengobati rasa penasaran itu, saya tetap harus melakukannya walau perjalanan cukup lama. Kalau dihitung, pergi pulang artinya membutuhkan waktu 8 jam. Biar aman, dicarilah tempat penyewaan (rental) mobil. Dapatlah saya mobil rental sekaligus pengemudinya yang bernama Muhammad Irfan.
Irfan pun membenarkan kalau dari Pekanbaru ke Siak membutuhkan waktu sekira 4 jam. Perjalanan dimulai dari Pekanbaru kota menuju kawawan Rumbai. Di perjalanan Irfan memberi tahu, untuk mempersingkat waktu lebih baik menggunakan "jalan pintas" memasuki kompleks Chevron. Menurut Irfan, asal saya menunjukan surat tugas, maka akan dipermudah memasuki jalan pintas tersebut.
Betul saja waktu saya menyodorkan surat tugas, penjaga di jalan pintas milik Chevron menyambut dengan ramah. Jalan milik Chevron itu sangat mulus dan cenderung sepi. Saat mobil yang saya tumpangi melintas jalan itu, jarang sekali berpapasan dengan kendaraan lain dari arah berlawanan. Demikian juga yang searah, tidak terlihat kendaraan di depan atau di belakang.
Anehnya, walau sepi Irfan sama sekali tidak memacu kendaraan dengan kecepatan yang lebih tinggi lagi. Dia justru cenderung santai dan kecepatannya tidak berubah. Lantas saya menyindir Irfan "Ini mobil tidak ada remnya ya?".
Irfan yang disindir malah ketawa-ketawa. Menurut dia, bukannya tidak bisa ngebut. Namun kalau melintasi jalan kompleks Chevron ada aturan khusus yang ketat. Kecepatan kendaraan harus standar 60 km/jam. Kalau melebihi kententuan tersebut maka akan ditindak. Kendaraan akan disuruh balik lagi ke pintu awal.
Weleh-weleh menakutkan juga aturannya. Ternyata benar, di pintu keluar ada pemeriksaan lagi. Rupanya waktu di pintu masuk sudah ada catatan waktu. Ketika hendak keluar, catatan waktu itu diserahkan ke petugas jaga dan diperiksa.
Untuk menempuh perjalan sejauh 70 km waktunya harus pas 30 menit, tidak boleh kurang. Kalau tercatat 25 menit, maka kendaraan yang bersangkutan disuruh balik lagi.
Lepas dari jalan pintas kompleks Chevron, perjalanan menuju Siak sebenarnya agak menjenuhkan. Jalannya lebih banyak lurus. Jarang sekali ada belokan. Mirip kaya jalan tol. Saya sempat berpikir, apa bisa sampai ke Siak, kalau jalannya lurus terus jarang beloknya.
Buat teman-teman Kompasianer, hati-hati nih menempuh perjalanan dari Pekanbaru ke Siak akibat jalannya lurus terus. Bukan apa-apa, bisa bikin ngantuk. Ini nyaris kejadian yang menimpa saya. Ketika tiba-tiba Irfan diserang rasa kantuk. Mobil yang dikemudikannya sempat hilang kendali dan keluar badan jalan. Untungnya kecepatan tidak terlalu tinggi, jadi masih sempat menginjak rem.
Tiba di Sri Indrapura, Kab. Siak sekira pukul 17.00. Berarti benar perjalanan ditempuh empat jam karena berangkat pukul 13.00. Karena hari mulai agak gelap, tidak banyak berkeliling wilayah Siak. Bermain sebentar ke Puncak Bukit Kerinci Kanan, lantas balik lagi ke Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah. Foto-foto di lokasi tersebut, tidak kerasa waktu telah malam.
Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah memang sangat indah. Pantas menjadi ikon Kabupaten Siak. Bangunannya menarik dan bisa menjadi objek wisata baru bagi Kabupaten Siak. Saya bahagia akhirnya bisa melintasi jembatan tersebut.
Jembatan yang memiliki panjang 1.196 meter dan lebar 16.95 meter ini, menghubungkan dua pusat pemerintahan, yakni kantor bupati dan kantor DPRD yang terpisah Sungai Siak. Adanya dua menara setinggi 80 meter menjadi pembeda jembatan tersebut dengan jembatan lainnya. Pada menara tersebut ada fasilitas lift hingga ke puncak.
Dari ketinggaan Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah paling asyik menikmati suasana terbenamnya matahari. Panorama yang didapat sangat indah, kala pendaran sinar matahari membias di aliaran Sungai Siak. Sayang hanya sebentar di Siak, karena waktu habis terpakai di perjalanan. (Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H