Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bertemu Tukang Bakso di Masjid Terapung Kota Jeddah

21 Mei 2020   04:05 Diperbarui: 21 Mei 2020   04:06 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Ar Rahmah Kota Jeddah yang lebih dikenal dengan nama Masjid Terapung. (foto: dok. pribadi)

Masjid terapung di Kota Jeddah, biasanya menjadi kunjungan terakhir jemaah umrah yang melakukan wisata dalam kota (city tour). Sambil menunggu kedatangan pesawat yang mengantarkan kembali ke Indonesia, jemaah umrah bisa beristirahat dulu di kawasan masjid terapung.

Semula, masjid yang berada di pantai Laut Merah itu bernama Masjid Fatimah. Namun, Pemerintah Arab Saudu kemudian mengganti nama masjid tersebut menjadi Masjid Ar Rahmah. Pergantian nama tersebut untuk mengantisipasi salah tafsir sejumlah jemaah umrah/haji.

Masjid terapung itu memang jadi destinasi favorit, setelah jemaah umrah melaksanakan rukun ibadahnya. Sebagian besar biro travel umrah dari Indonesia akan membawa jemaah mengunjungi masjid tersebut. Kemudian muncul informasi dari mulut ke mulut, Masjid Fatimah dikait-kaitkan dengan putri Rasulullah SAW, Fatimah Az-Zahra. Padahal nama Fatimah untuk masjid terapung itu, berasal dari pemberi wakaf yang seorang janda kaya raya.

Untuk mencegah salah persepsi yang terus berkepanjangan, Pemerintah Arab Saudi akhirnya memberi nama Masjid Ar Rahmah. Jemaah umrah dari Indonesia sangat senang berkunjung ke masjid yang memiliki bangunan intiberukuran 20 x 30 meter itu.

Arsitektur bangunannya memang unik. Bangunannya menjorok ke pantai. Fondasinya menggunakan tiang pancang beton. walau dibangun dengan teknologi modern, namun fisik masjid masih ada kesan peradaban Islam kuno. Jemaah yang akan melaksanakan salat di sana, harus melewati jembatan penghubung.

Karena lokasinya tidak di daratan, maka Masjid Ar Rahmah lebih dikenal dengan sebutan masjid terapung. Jemaah pasti akan terkagum-kagum kalau sudah berada di dalam masjid. Ruangannya sangat megah dengan hiasan sejumlah huruf kaligrafi. Sementara sarana yang tersedia di sana sudah menggunakan teknologi modern, mulai dari sound sytem sampai tata cahaya lampunya.

Jika jemaah umrah hendak melaksanakan salat di masjid terapung, harus memahami juga peraturan yang diberlakukan masjid tersebut. Salat berjamaah di masjid tersebut hendaknya dilaksanakan dalam satu kelompok. Jadi kalau sudah ada kelompok yang melakukan salat berjamaah di depan, tidak diperkenankan kelompok lainnya melakukan salat berjamaah di bagian belakang. Ada baiknya menunggu selesai kelompok terdahulu, baru kelompok berikutnya melakukan salat berjamaah.

Selain menikmati keindahan masjid terapung, jemaah umrah yang menunggu jam pemberangkatan maskapai, bisa beristirahat di kawasan Kurnis Kompleks Al Shati yang sangat bersih. Di tepi pantai tidak jauh dari masjid terapung, banyak dibangun semacam gazebo. Jemaah di sana bisa berteduh dari sinar matahari yang cukup menyengat.

Jemaah yang beristirahat di gazebo jangan merasa kaget kalau mendapati Laut Merah tidak melihat warna merah yang dibayangkan sebelumnya. Laut Merah sebagaimana laut pada umumnya. Cuma sesekali muncul warna merah dari pengaruh ganggang yang ada di sana.

Kangen kuliner nusantara

Pemandangan unik juga bisa ditemui di kawasan Kurnis. Walau sangat rapi dan bersih, namun tidak bisa menghindari serbuan para pedagang yang mendekati pengunjung masjid terapung. Keberadaan pedagang itu memang menguntungkan para jemaah umrah. Jemaaah yang perlu mengisi perut, bisa membeli aneka makanan dan minuman.

Namun di antara sekian banyak pedagang, yang paling banyak diserbu jemaah umrah, yakni pedagang bakso. Betul di Kota Jeddah dekat kawasan masjid terapung ada pedagang bakso keliling dengan cara dipikul. Keruan saja jemaah yang asal Indonesia, yang sudah kangen dengan kuliner nusantara, langsung memborong bakso.

Pedagang bakso bernama Suroso itu mengaku berasal dari Solo. Dia sudah 15 tahun menjalani usaha dagang bakso di Kota Jeddah. Menurut dia, pembelinya memang kebanyakan jemaah umrah dari Indonesia. Sedangkan dari negara lain jarang membeli.

"Kalau yang berkunjung ke masjid terapung jemaah asal Indonesia, bakso saya langsung laris. Banyak yang membeli. Kadang di antara jemaah umrah ada yang tidak kebagian. Pokoknya cepat habis, kalau yang datang orang Indonesia," tutur Suroso.

Sebagian besar jemaah asal Indonesia, sangat menikmati sekali jajan bakso di Kota Jeddah. Walau ada juga di antara mereka tetap kurang puas. "Kalau cuma buat ngisi perut, ya lumayan. Cuma rasanya baksonya agak beda ya dengan di Indonesia. Terasa ada yang kurang," kata Ibu Latifah.

Wah, padahal ketemu tukang bakso saja sudah untung. Tapi tetap saja sifat manusia, ada yang kurang puas.(Anwar Effendi)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun