Peserta pawai merupakan perwakilan dari masing-masing RT. Setiap RT mengirimkan 10 hingga 20 orang. Jika dikalikan 11 RT jumlahnya lebih dari 100 orang belum ditambah dengan panitia. Keruan saja iring-iringan pawai obor itu cukup panjang.
Malam yang gelap jadi ramai dengan cahaya api yang berasal dari obor. Suasana itulah yang sangat dinantikan masyarakat. Sementara masyarakat yang tidak menjadi peserta pawai obor, berjajar di sepanjang jalan yang menjadi rute pawai obor.
Sambil membawa obor, peserta pawai bisa bercanda ria di jalan-jalan yang dilalui. Kadang sejumlah orang tua seperti lupa sama umurnya. Mereka seperti anak-anak merasakan kesenangan. Sementara sejumlah panitia terus memantau pejalanan. Mereka dengan siaga memperbaiki obor yang mati.
Disediakan juga obor-obor cadangnan. Jadi jika ada peserta yang mendapati obornya bermasalah, langsung diganti oleh pantia. Artinya selama pawai berlangsung obor tetap menyala dan suasana perkampungan jadi terang. Tahun ini tidak ada lagi keceriaan pawai obor. Semoga tahun depan tradisi pawai obor tidak hilang. (Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H