Gedung Merdeka, sunyi. Jalan Cikapundung Barat, suasananya sama tak ada kendaraan.
Sebagian titik kemacetan di Kota Bandung menghilang. Jalan Asia Afrika lengang. Jalan Naripan sepi. Jalan Braga senyap. Jalan Ir. Soekarno sisiJalan-jalan kecil yang menghubungkan jalan di jantung Kota Bandung itu juga ditutup. Praktis tidak ada kendaraan di tengah Kota Bandung, yang sebelumnya selalu ditandai kemacetan.Â
Langkah itu diambil setelah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jawa Barat diperpanjang hingga 29 Mei 2020. Pandemi covid19 dianggap belum mereda di kawasan Jawa Barat.
Penutupan akses jalan di tengah Kota Bandung itu, membuat sebagian orang menggerutu. Mereka bingung harus lewat kemana lagi saat pergi ke kantor, yang biasanya melintasi jalan tersebut. Jalan tikus juga tidak bisa dilewati. Mereka terpaksa putar-putar dulu hingga memakan waktu yang lebih lama untuk sampai tujuan.
Seperti yang dialami Ibu Ade Nana yang bekerja di Rumah Sakit Mata Cicendo. Dia yang setiap hari melintasi Jalan Asia Afrika, Jalan Cikapundung Barat, Jalan Naripan, Jalan Braga, Jalan Wastu Kencana baru sampai ke Jalan Cicendo.
Namun karena beberapa jalan tersebut ditutup, dia harus berangkat pagi-pagi agar tidak terlambat datang di RS Mata Cicendo.
"Soalnya semua jalan yang biasa dilalui sekarang masih ditutup. Terpaksa cari jalan yang agak jauh. Jadi mau tidak mau berangkat dari rumah pagi-pagi sekali. Kalau tidak begitu bisa terlambat," ujar Ibu Ade.
Sebenarnya Ibu Ade yang berprofesi sebagai perawat, sudah mengantongi surat dinas dari kantornya. Dia pun percaya diri dengan membawa surat tersebut bisa melintasi jalan yang ditutup. Apalagi profesinya yang bekerja di bidang kesehatan, punya dispensasi untuk tetap bekerja.
Namun, tetap saja dia menerima pengalaman yang tidak mengenakan. Saat hendak melewati Jalan Asia Afrika, kendaraan roda duanya disetop petugas kepolisian.Â
Walau sudah menunjukan surat tugas, tetap saja tidak diperkenankan melewati Jalan Asia Afrika. Petugas beralasan, untuk mencapai RS Mata Cicendo, masih ada akses jalan lainnya yang bisa dilewati.
Hal yang sama dialami Iskandar. Dia yang tinggal di Cicadas, setiap hari melewati Jalan Ahmad Yani, Jalan Asia Afrika, Jalan Jendral Sudirman, baru sampai kantor yang berada di kawasan Cibeureum. Namun, sekarang dia harus putar-putar jalan dulu untuk mencari jalan alternatif.
"Lumayan lama juga kalau jalannya memutar. Tapi tidak ada pilihan lain. Sekarang petugasnya sangat ketat. Semua kendaraan tanpa ampun dilarang melintas Jalan Asia Afrika. Padahal jalan itu sangat penting untuk menuju ke semua arah," ucap Iskandar.
Selain petugas kepolisian dan dibantu angota Satpol PP, turut berjaga di Jalan ASia Afrika, yakni petugas dari tim kesehatan. Beberapa orang yang bisa masuk ke area tersebut, karena kantornya memang berada di sana, harus melewati pemeriksaan kesehatan.
Prosedurnya, tiap orang yang bisa masuk ke sana, harus mengenakan masker dan sarung tangan. Diperiksa KTP-nya. Dicatat namanya. Menunjukkan kartu identitas kantor. Memperlihatkan surat tugas. Dan terakhir dicek suhu tubuhnya.
Jika semua terpenuhi, orang yang bersangkutan diperkenankan masuk ke Jalan Asia Afrika. Namun sering juga terjadi hal-hal yang luar biasa.
Jika tiba-tiba terjadi kasus ada orang sakit dan lokasinya berdekatan dengan Jalan Asia Afrika, jalan tersebut langsung ditutup total. Siapa pun tak terkecuali bakal ditolak memasuki jalan tersebut.
Di sisi lain, penutupan jalan yang membuat suasana lengang, dimanfaatkan beberapa untuk bergaya di depan kamera.
Soalnya, jarang-jarang orang bisa foto di tengah jalan. Kalau kondisi normal, tidak mungkin foto di tengah jalan, karena bisa dikategorikan tindakan nekat.
Biasanya pejalan kaki yang lolos masuk ke Jalan Asia Afrika, langsung mengambil pose dengan latar belakang jalan yang lengang. Ada juga pengendara sepeda yang lolos, langsung mengambil kamera dan mengabadikan gayanya di jalan yang sepi.
Tapi aksi foto-foto di tengah jalan itu, cuma dilakukan satu dua orang saja. Tidak ada yang melakukannya secara bergerombol. Jika terlihat ada kerumunan massa, langsung saja petugas mendatangi lokasi dan membubarkannya.
Ah, mumpung tidak banyak orang, saya dan istri juga ingin bergaya di tengah jalan yang sepi. Boleh kan? Jepret-jepret...lumayan juga hasilnya. (Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H