Pantai Bandengan Jepara, Jawa Tengah diselimuti bad mood. Ini diawali dengan penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung menuju Bandara Ahmad Yani Semarang berantakan.
Bulan Mei setahun yang lalu punya pengalaman yang tidak mengenakan. Rencana jalan-jalan keSetelah boarding pass dan menunggu di ruang pemberangkatan, ada pemberitahuan dari maskapai jadwal penerbangan agak delay. Menunggu sampai satu jam lebih, ternyata tidak berangkat juga. Diperoleh informasi, pesawat yang akan ditumpangi mengalami masalah teknis.
Namun perbaikan yang dilakukan para teknisi, tampaknya tidak membuahkan hasil. Pengumuman berikutnya, penerbangan dibatalkan karena pesawat mengalamai kerusakan dan tidak laik terbang. Ya sudah pasrah, ketimbang celaka lebih baik tidak berangkat.
Bawaannya agak kesal dan cenderung malas mau berbuat apa. Lihat-lihat maskapai lain, tidak ada pemberangkatan pagi. Jadwal sore yang berangkat arah Semarang sudah tidak ada kursi yang kosong. Pilihannya, cari taksi pulang ke rumah dan tidur. Sudah hilang saja hasrat untuk jalan-jalan hari itu.
Namun, pukul 16.00 dapat telefon dari teman masih ada kursi kosong untuk penerbangan seusai Maghrib dari Bandara Husein. Mau menolak, tidak enak sama teman-teman. Terpaksa berangkat lagi ke Bandara Husein. Cuma penerbangan malam hari itu, tidak ada yang langsung ke Semarang.
Pesawat dari Bandara Husein harus transit dulu di Bandara Juanda Surabaya, baru melanjutkan ke Semarang. Istilah transit itu, saya pikir lucu. Karena kurang pas. Bayangkan saja dari Bandung ke Surabaya, pasti melewati Semarang dulu. Sampai di Surabaya baru balik lagi ke Semarang.
Itu namanya bukan transit tapi kelewatan. Istilah transit cocoknya, dari Bandung transit di Semarang baru lanjut ke Surabaya. Kejadian itu akhirnya menjadi hiburan di antara teman-teman, ketimbang memelihara rasa kekesalan yang berkepanjangan.
Sambil menunggu keberangkatan pesawat ke Semarang, kami mencari kantin untuk mengisi perut. Rasanya cukup lapar karena dari Bandung belum makan sore. Rasa kesal mulai muncul lagi, ketika pesan makanan, namun proses jadinya agak lama. Padahal waktu tunggu transit sangat terbatas.
Saya sempat mengingatkan kawan-kawan, kalau pesanan makanan sudah datang makannya agak cepat. Jangan sampai tertinggal pesawat. Betul saja, belum lama saya mengingatkan agar cepat makannya, terdengar pengumuman nama saya dan teman-teman dapat panggilan agar segera menuju pesawat.
Keruan saja saya dan teman-teman segera bergegas dari kantin, setengah berlari menuju ke ruang pemberangkatan. Dalam hati bergumam, hari ini banyak sekali merasakan kekesalan. Di pesawat pun sudah penuh penumpang, mungkin tinggal menunggu saya dan teman-teman. Akhirnya berangkat juga ke Semarang.
Sampai di Bandara Ahmad Yani, hari sudah larut malam. Sementara perjalanan masih jauh, karena harus lanjut ke Jepara. Suasana di bandara pun sudah sepi. Di salah satu sudut ruangan bandara, saya melihat sesosok mirip Bapak Jokowi Presiden Republik Indonesia.
Dia tersenyum dengan gaya menggowes sepeda. Untuk menghilangkan rasa kantuk, capek, dan kesal saya buru-buru naik di bagian belakang sepeda yang dikemudikan Pak Jokowi. Sambil memeluk pinggangnya, saya bilang, "Pak Jokowi antarkan saya malam ini ke Pantai Bandengan Jepara".
Kalau kata anak zaman sekarang, saya cuma HALU (halusinasi). Itu memang bukan Pak Jokowi Presiden Indonesia. Sosok itu cuma berupa manekin Pak Jokowi yang sedang menggowes sepeda. Tak apalah kali itu saya cuma HALU minta antar Pak Jokowi naik sepeda ke Pantai Bandengan Jepara. Habis nunggu jemputan mobil juga tidak datang-datang. Ya sudah berhalusinasi dulu saja, jalan-jalannya naik sepeda dengan Pak Jokowi. (Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H