Hal ini diakui para angota Komunitas E-84, yang sudah rutin melakukan kegiatan sosial. Penyaluran bantuan dari Komunitas E-84 yang selama ini tanpa kendala, justru agak tersendat dengan adanya pandemi covid-19. Mereka kini tidak bergerak langsung, tapi harus melakukan koordinasi dulu dengan berbagai pihak, untuk menghindari terjadinya pengumpulan massa.
Ketua Komunitas E-84, Pediarto Adiwibowo didampingi Wakil Ketua Mimin Minarsih mengatakan, untuk saat ini dalam penyaluran bantuan sosial aktivitasnya harus hati-hati. Pihaknya harus mendata dulu, siapa saja yang harus disegerakan mendapat bantuan.
"Jadi teknisnya kami yang mendatangi rumah masing-masing warga yang mendapat bantuan. Mereka bukan dikumpulkan, karena hal itu tidak dibolehkan. Tim yang mendatangi warga juga tidak lebih dari lima orang. Maksimal empat orang," ujar Pediarto.
Mimin menambahkan, dari hasil pendataan, ternyata bukan warga Kota Cirebon saja yang perlu mendapat bantuan. Tapi ada juga beberapa warga yang tinggal di Kabupaten Cirebon, namun tidak jauh dari perbatasan. Warga Kabupaten Cirebon yang dikirim bantuan tinggal di Desa Pasindangan (Tangkil), Desa Pilang, Desa Kedawung, dan Desa Ciperna.
Sedangkan bantuan di dalam Kota Cirebon didistribusikan ke beberapa kelurahan. Paling banyak Kelurahan Argasunya, karena warga di sana memang banyak yang masuk kategori pra sejahtera. Selain itu, bantuan juga diberikan kepada tukang becak, tukang parkir, hingga tuna wisma yang ada di jalanan.
Sementara Kordinator lapangan kegiatan sosial Komunitas E-84, Heni Nurhaeni mengungkapkan, bantuan sembako kepada keluarga tak mampu ini ada 300 paket. Paling banyak disalurkan kepada jompo, penyandang cacat, dan fakir miskin. Sisanya diberikan kepada warga jalanan.
"Sebagian besar, paket sembako dikirim langsung ke masing-masing rumah warga penerima bantuan. Namun ada juga yang mendapat undangan untuk mengambil paket sembako, cuma waktunya dijadwal secara bergiliran. Ini dilakukan untuk menghindari penumpukan massa," jelas. Heni. (Anwar Effendi)***