Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Ada Waria Jadi Napi Gara-gara Kena Razia Tipiring

8 Mei 2020   09:59 Diperbarui: 8 Mei 2020   09:59 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi waria. (KOMPAS.com)

Napi waria yang berprofesi copet itu pernah kena razia tipiring oleh Satpol PP di Jalan Suci Kota Bandung karena tidak memiliki KTP.

Sepintas kalimat di atas dengan mudah dipahami. Menceritakan seorang napi, berjenis kelamin waria. Dia dijebloskan ke penjara menjadi napi karena pekerjaannya sebagai copet. Sialnya, dia tertangkap bukan oleh massa, tapi terjebak razia tipiring saat melarikan diri sesudah mencopet. Kejadiannya di Jalan Suci. Pas diperiksa Satpol PP dia tidak memiliki KTP. Akhirnya terbongkarlah dia baru mencopet hingga menggiringnya masuk penjara.

Petikan kalimat itu ada dalam badan berita, yang mengungkap sisi lain kehidupan seorang waria, dalam menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadan. Sangat menarik isinya, mengapa dia sampai menjadi waria, kemudian terjerumus merangkap sebagai copet. Dia juga tak mampu mengurus pembuatan KTP.

Pembaca yang masuk kategori manusia zaman old ataupun seangkatan kid zaman now pasti paham apa yang dimaksud napi. Juga mengerti bagaimana seorang waria. Pekerjaan copet sudah sangat terkenal. Praktik razia tipiring juga sudah diketahui. Jangan ditanya lagi yang mana petugas Satpol PP itu. Demikian juga lokasi Jalan Suci. Termasuk bagaimana bentuk KTP.

Kata-kata napi, waria, copet, tipiring, Satpol PP, Jalan Suci, dan KTP sudah sangat familier. Tidak terasa asing atau sulit dimengerti. Saking sudah umum digunakan, kadang kita lupa dengan arti sebenarnya. Itulah hebatnya efek media massa, yang terus mengulang-ulang kata, sehingga masyarakat enak saja ikut menggunakannya.

Biar ingatan kembali segar, sebenarnya contoh kata napi, waria, copet, tipiring, Satpol PP, Jalan Suci, dan KTP bukanlah kata baku. Kata-kata tersebut muncul berdasarkan singkatan. Media massa, terutama koran, menganut efektifitas halaman. Karena halaman yang tersedia terbatas, muncullah ide-ide kreatif untuk menyingkat dua kata menjadi satu.

Misalnya judul dianggap terlalu panjang, untuk menyebut narapidana maka disingkat napi. Namun penyebutan napi sekarang jadi lebih baku ketimbang narapidana. Masyarakat umum pun lebih enak menggunakan napi. Sampai terkenal tokoh yang disebut Bang Napi.

Bagaimana dengan waria? Semua orang pasti tahu. Yang disebut waria, ya yang fisiknya begitu. Tapi mereka akan lupa, bagaimana muncul kata waria. Kata waria itu sebenarnya singkatan dari wanita pria. Nah sekarang mungkin mulai jadi paham. Jangan kaget juga kalau copet itu singkatan. Coba ingat-ingat apa pekerjaan copet? Sasaran utamanya mengambil dompet secara ilegal. Nah copet itu singkatan dari pencoleng dompet.

Petugas yang menertibkan PKL

Sekarang dengan kata tipiring. Tahu kan razia tipiring? Jawabannya pasti mengangguk. Tapi kalau ditanya bagaimana sejarahnya kata itu muncul, mungkin ada yang sebagian mengerutkan dahi dulu. Karena sudah terbiasa digunakan, kata tipiring akhirnya mengesampingkan kata asalnya berupa tindak pidana ringan.

Begitu juga dengan petugas Satpol PP. Jika ada petugas yang berasal dari pegawai negeri sipil (PNS), akan melakukan penertiban, secara serempak pedagang kaki lima (PKL) akan berkata, Satpol PP datang, Satpol PP datang. Mereka melontarkan kata Satpol PP tanpa mengerti bahwa Satpol PP itu singkatan dari Satuan Polisi Pamong Praja.

Soal kata KTP mungkin tak perlu dijelaskan lagi. Itu merupakan singkatan dari Kartu Tanda Penduduk. Penggunaan kata KTP pasti akan dilakukan berulang-ulang dan turun temurun. Bisa jadi pada suatu saat nanti, ada generasi yang tahu KTP tapi tidak tahu artinya.

Oh iya, ada satu kata lagi yang belum dibahas, yakni Jalan Suci. Nama jalan ini sangat terkenal sekali. Orang Bandung, bahkan warga luar kota juga sangat akrab dengan jalan ini. Karena sudah biasa digunakan hingga terkenal, seolah-olah Jalan Suci itu ada. Tapi ketika diminta menunjukkan letak pelang yang menandakan itu Jalan Suci, semua orang bingung. Dan dijamin seratus persen tidak ada orang yang bisa menunjukkan pelang yang bertuliskan "JALAN SUCI".

Jalan Suci itu, sangat panjang. Kata Suci dipakai untuk menunjukan lokasi jalan antara Jalan Surapati ke kawasan Cicaheum. Jadi Suci itu singkatan dari Surapati-Cicaheum. Namun karena sering digunakan, Jalan Suci jadi baku. Digunakan untuk judul berita hingga digunakan nama daerah tujuan/jurusan angkutan kota (angkot).

Memang masih banyak kata-kata baku lainnya yang berasal dari singkatan. Namun dalam pembahasan kali ini, cukup dari cuplikan satu kalimat berita yang ada di media massa lokal Bandung. Lain kali akan disambung dengan kata-kata yang lebih unik. Salam hangat. (Anwar Effendi)***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun