Mengajak jalan-jalan, pasti menyenangkan istri. Tapi bagaimana kalau mengajaknya naik gunung? Apa istri masih mau?
Untungnya istri setuju waktu disodorkan tawaran naik Gunung Papandayan di Kabuapten Garut. Padahal dia tidak punya latar belakang sebagai pendaki. Selama hidupnya belum pernah mendaki gunung.
Walau medannya tidak terlalu berat, tetap saja mendaki Gunung Papandayan membutuhkan fisik yang prima. Apalagi ini menjadi pengalaman pertama istri saya dalam kegiatan mendaki.
Tapi alhamdulillah, perjalanan ke puncak Ghoberhoet dan Pondok Saladah bisa dicapai. Memang dilakukan tidak secara konstan. Ada beberapa kali istirahat di sejumlah titik pendakian.
Tidak ada target, harus berapa jam sampai di ketinggian. Perjalanan dibuat sesantai mungkin. Jangan terasa menjadi beban. Kuat lanjut, kalau nyerah ya balik lagi, begitu niat awalnya.
Sampai setengah perjalanan, tidak ada tanda-tanda istri saya mengeluh. Itu artinya pendakian masih bisa dijalankan. Dari kejauhan terlihat bukit yang berbentuk "U". Saya bilang kalau sampai di situ kita selesai.
Untungnya ada beberapa pemandangan menarik, selama melakukan perjalanan. Jadi sambil istirahat bisa jeprat-jepret dulu untk kenang-kenangan. Ada pemandangan kawah, hutan yang masih lebat, hutan yang sudah gundul, bahkan ada area yang pohonnya sudah mati.