Mereka selama ini menahan panas dan dingin, cukup di trotoar/emperan pertokoan pinggir jalan. Ada juga yang mendiami kolong jembatan. Sementara yang lainnya, cukup di bangunan semi permanen yang layaknya pantas untuk kandang binatang. Masihkan ada kesal di hati kita yang cuma sementara tinggal di rumah?
Jadi perlukah kita masih mempermasalahkan larangan mudik? Pulang kampung halaman bisa dilakukan kapan saja. Lagi-lagi kita harus lihat ke "bawah".
Jutaan orang mungkin sudah lupa dimana kampung halamannya. Jangankan untuk pulang mudik, hidup di perantauan saja sudah sebatang kara. Mau makan saja susah, apalagi cari uang untuk ongkos pulang kampung.
Tetapi saya memang keras kepala. Ramadan tahun tetap mau curhat. Ya Allah, Yang Maha Kuasa, bahagiakanlah mereka yang selama ini menderita. Aamiin.(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H