wisata kebun binatang makin banyak yang kolaps. Setelah menutup kunjungan wisatawan, para pengelola kebun binatang satu per satu mengibarkan bendera putih. Belum sepekan setelah pengelola Taman Satwa Cikembulan Garut menyatakan SOS untuk anggaran pakan binatang, kini giliran pengelola Kebun Binatang Mangkang (Semarang Zoo) yang mulai angkat tangan.
Pengelola objekSemarang Zoo sudah tutup sebulan yang lalu. Pengelola tidak punya lagi pendapatan. Mereka tidak bisa mengandalkan pemasukan dari tiket pengunjung. Padahal para penghuni kandang Semarang Zoo tetap butuh pakan. Memang sudah dilakukan pengurangan jatah pakan, namun alternatif itu paling bisa bertahan sampai satu bulan ke depan. Selebihnya binatang yang ada di sana terancam kelaparan.
Kondisi Semarang Zoo sudah masuk kategori minta pertolongan. Sebagian pekerja sudah dirumahkan. Tidak menutup kemungkinan, pada Bulan Mei ini akan ada PHK. Pengelola tidak mampu lagi memberikan gaji. Pekerja yang masih dipertahankan, cuma yang berhubungan langsung dengan perawatan binatang (keeper). Para keeper setiap hari masuk untuk memantau dan mengurus kondisi binatang.
Direktur Kebun Binatang Semarang, Samsul Bahri Siregar mengatakan, anggaran yang cukup besar memang untuk pakan binatang. Setiap bulannya bisa mencapai Rp 120 juta. Sementara untuk gaji karyawan setelah dikurangi dengan yang di-PHK, mencapai Rp 100 juta/bulan.
Pakan binatang jenis carnivora paling banyak menyedot anggaran. Binatang jenis tersebut harus diberi makan daging sapi, dan belakangan dioplos dengan dengan daging ayam. Pemakan daging ini ada 12 ekor harimau benggala dan 2 ekor singa afrika, serta ada 30 ekor buaya.
Sedangkan satwa herbivora membutuhkan pakan jenis rumput. Seperti halnya daging, Semarang Zoo pun sudah kehabisan rumput untuk 2 ekor gajah, Â 2 ekor unta, 36 rusa timor dan belasan satwa lainnya. Â
"Selama ini masih bertahan karena menggunakan dana cadangan. Tapi tidak akan bertahan lama. Untuk jenis binatang carnivora saja, setiap binatang membutuhkan 6 kg daging per dua hari. Bisa dihitung sendiri, sekarang harga daging berapa tinggal dikalikan dengan porsi dan jumlah binatang. Boleh dikata kami sudah mengibarkan bendera putih," ujar Samsul.
Sejak virus corona melanda Indonesia, semua kebun binatang memang menutup kunjungan wisatawan. Dari sanalah awal bencana yang menimpa pengelola kebun binatang. Mereka tidak punya pemasukan lagi. Sementara operasional tetap berjalan dan membutuhkan biaya.
Koleksi binatang yang kini dimiliki Semarang Zoo ada 286 satwa. Sebagian besar kondisinya mulai memprihatinkan. Sangat tidak diharapkan jika para penghuni kandang Semarang Zoo sampai mati kelaparan. Pengelola memang masih berjibaku mencari dana, karena sudah menjadi kewajiban mereka menjaga kesejahteraan binatang.
Kondisi yang dialami Semarang Zoo sebenarnya bukan tidak ada yang memperhatikan. Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia atau PKBSI sudah turun tangan untuk mengurangi beban yang ditanggung Semarang Zoo. Ada upaya penyelamatan binatang yang menghuni di kawasan seluas 8,9 hektare tersebut.
Salah satu upaya yang dilakukan, yakni dengan pengiriman bantuan pakan satwa dari pengelola Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Sudah ada distribusi sebanyak 200 kg daging ayam beku. Daging ayam tersebut untuk oplosan daging sapi sebagai pakan binatang jenis carnivora.
Diketahui, kebutuhan daging untuk pakan binatang carnivora di Semarang Zoo mencapai 180 kg daging ayam per minggu. Sedangkan daging sapi yang dibutuhkan mencapai 40 kg hingga 50 kg per minggu.
Samsul mengkhawatirkan jika pihaknya kehabisan stok pangan, akan terjadi kematian massal para penghuni Semarang Zoo. Sebab tidak mungkin juga setiap bulan Semarang Zoo minta kiriman pakan dari kebun binatang lainnya. Hal yang sama pasti dihadapi kebun binatang lain, selama wabah virus corona belum berakhir.
Semarang zoo mengimbau bagi yang ingin membantu bisa mengirimkan buah buahan, Â sayuran, rumput, dan daging. Pakan tersebut bisa dikirimkan langsung ke Semarang Zoo. Kebutuhan pangan saat ini sangat mendesak dan tidak bisa ditunda. (Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H