Diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Bandung Raya, berdampak pada diperpanjangnya libur sekolah. Kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung, walau menggunakan media online. Guru-guru memberikan tugas kepada muridnya melaui video call dan pesan Whats App (WA).
Bermacam-macam memang tugas yang diberikan guru kepada muridnya. Ada guru yang menginstruksikan muridnya mencari berita-berita seputar virus corona. Kemudian si murid diminta melakukan ringkasan informasi terkait antisipasi virus corona. Ada juga perintah membuat grafik dan gambar, yang hasilnya kemudian difoto dan wajib dikirimkan ke guru.
Pernah juga ada arahan membuat video. Ini yang agak rumit karena anak-anak harus mengunduh, kemudian mengedit. Bagi anak-anak dari kalangan yang mampu tidak masalah karena keluarganya memiliki jaringan internet, perangkat laptop sampai handphone terkini. Repotnya bagi anak-anak dari keluarga yang tidak mampu, handphone saja tidak punya.
Sekali waktu juga ada kejadian lucu. Setelah menerima pesan WA dari gurunya, anak saya tertawa terbahak-bahak. "Hah, tugas apaan ini? Gampang banget lah," kata anak saya sambil diiringi tertawa terbahak-bahak tidak henti-henti.
Jadi saja saya penasaran menanyakan, apa yang terjadi. Anak saya lantas menjelaskan. "Ini ayah, lucu banget. Hari ini tugasnya cuma disuruh berjemur. Kemudian difoto. Fotonya dikirim ke guru," jawab anak saya.
"Ya sudah sana berjemur saja. Tidak pakai ketawa-ketawa segala," timpal saya.
Rupanya anak saya menganggap tugas berjemur sangat lucu. Padahal mungkin saja niat guru bukan sekadar memberikan tugas. Dalam kaitan berjemur, bagus juga jadi kegiatan rutin, selama wabah virus corona belum berhenti. Banyak informasi yang beredar, sinar matahari pukul 09.00 ke atas sangat baik untuk kesehatan tubuh.
Selain suka ketawa-ketawa riang, karena mendapat tugas yang ringan, anak saya tampaknya menikmati sekali adanya kebijakan belajar di rumah. Apalagi dia mengetahui, tidak berangkat ke sekolah jadwalnya diperpanjang. Walau di awal-awal liburan, terucap kangen sekolah dan bertemu teman-temannya, dia kini sudah terbiasa tinggal di rumah.
"Horeeee," begitu ekspresi spontannya setelah mendapat pemberitahuan belajar di rumah diperpanjang hingga 11 Mei 2020.
"Enak ya, libur terus," canda saya kepada dia.
Pada dasarnya ada kegembiraan pada anak-anak sekolah kalau ada liburan. Mereka biasanya libur setelah pembagian raport. Atau pada tanggal-tanggal merah di kalender terkait peringatan hari nasional dan hari raya keagamaan. Liburan juga bisa dinikmati saat kakak kelasnya melaksanakan ujian nasional. Sering juga sekolah diliburkan kalau, guru-guru melakukan rapat menyeluruh. Ada juga libur, kalau gedung sekolahnya digunakan sebagai tempat ujian masuk perguruan tinggi.
Libur yang mengagetkan
Libur-libur sekolah semacam itu sebenarnya tidak aneh. Sepanjang tahun bisa terjadwalkan. Guru-guru bisa memperhitungkan kapan bisa melakukan liburan bersama keluarga. Demikian juga murid, pasti punya agenda tersendiri dalam menikmati liburan.
Libur kegiatan belajar mengajar yang sedikit di luar perhitungan, di antaranya jika terjadi bencana alam. Sekolah kebanjiran, nah ini biasanya murid diliburkan. Atau sekolah diterjang longsor, pasti kegiatan belajar dihentikan. Bisa juga libur, gara-gara atap gedung sekolah ambruk.
Libur mendadak juga bisa karena tiba-tiba, ada seorang murid kesurupan. Kemudian gejalanya menular ke murid lainnya. Pasti itu kegiatan belajarmengajar dibubarkan.
Libur sekolah saat ini, sebenarnya termasuk kategori yang mengagetkan. Tidak ada yang menyangka apalagi menjadwalkan, libur sekolah gara-gara wabah virus corona. Luar biasanya lagi, liburan jadi panjang karena serangan virus corana belum mereda juga.
Tapi anak-anak zaman sekarang, belum pernah merasakan bagaimana mendapatkan bonus libur sekolah yang sangat super mengagekatkan. Apa itu? Jawabannya libur sekolah karena pertandingan tinju!
Ya waktu zaman seangkatan saya sekolah, pasti merasakan kegiatan belajar mengajar dihentikan gara-gara pertandingan tinju Muhammad Ali. Setiap kali Muhammad Ali naik ring, sekolah libur dan sebagian besar menonton aksinya.
Tidak tahu bagaimana sejarahnya, mengapa begitu kuat pengaruh Muhammad Ali terhadap dunia pendidikan Indonesia. Sehingga ketika dia bertanding, sekolah saja sampai libur. Padahal petinju yang punya julukan "Si Mulut Besar" itu, sama sekali tidak memiliki darah Indonesia.
Mungkin tidak ada lagi atlet semacam Muhammad Ali yang punya pengaruh kuat di Indonesia. Siapa pun alet yang memiliki prestasi begitu moncer, tidak akan mampu meliburkan sekolah di Indonesia, kecuali Muhammad Ali.(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H