Ada tradisi yang namanya munggahan. Tradisi itu dilaksanakan sebelum tiba Bulan Ramadhan. Praktiknya, berupa kumpul-kumpul (ngariung) dan melakukan makan bersama. Acara makannya bisa di rumah, atau sambil piknik.
Tahun sekarang memang sulit melakukan munggahan. Apalagi ramai-ramai sambil piknik ke suatu tempat. Masyarakat masih dilarang melakukan kegiatan yang bisa mengumpulkan banyak orang. Akibatnya banyak yang takut melakukan munggahan.
Cuma, di beberapa tempat, ternyata masih berlangsung acara munggahan. Itu juga berlangsung di lingkup yang sangat kecil dan jumlahnya sangat terbatas. Lokasi yang dipilih untuk acara munggahan pun tidak mencolok. Bahkan cenderung tersembunyi.
"Acara munggahannya cukup keluarga sendiri saja. Kalau sebelum-sebelumnya semua keluarga besar kumpul. Ada keluarga kakak, ada keluarga adik dan saudara lainnya. Sekarang sih keluarga sendiri saja. Sama suami dan anak-anak saja, cuma masaknya agak banyak dan spesial," kata Ibu Amalia Rahayu, yang sengaja memasak opor ayam.
Memasak menu spesial, dianggap makan enak, karena besok-besok akan melakukan ibadah puasa. Tradisi itu juga, hampir dilakukan semua masyarakat di berbagai daerah. Padahal, di Bulan Ramadhan pun tetap bisa makan enak dengan menu spesial.
Sementara, Rahmat seorang pegawai negeri sipil (PNS) menuturkan, tradisi munggahan biasanya dilakukan bersama teman kantor. Jadi sebelum masuk Bulan Ramadhan, kisa saling bermaaf-maafan sambil memanfaatkan acara munggahan.
"Kalau hari-hari biasa, kita bersama teman kantor, suka makan siang bersama. Nah, kalau di Bulan Ramadhan tidak mungkin melakukannya. Sebagai gantinya, kita adakan makan bersama sebelum keesokan harinya melakukan puasa. Jadi munggahan tidak sekadar makan bersama, tapi juga saling memaafkan dulu," ujar Rahmat.
PNS lainnya, Andi mengatakan, munggahan tetap dilaksanakan tapi tidak melibatkan seluruh karyawan kantor. Cuma beberapa bagian saja. Itu juga karena kebetulan ada meeting yang membahas masalah mendesak. Di sela-sela acara koordinasi itu, digelar acara makan bersama. Boleh juga acara itu disebut munggahan.
"Koordinasi ini dilakukan untuk beberapa orang saja yang terkait. Membahas pembagian kerja yang terkait layanan. Kita tetap ada yang bekerja di kantor, karena menyangkut pelayanan yang tidak bisa ditinggalkan. Nah saat pengaturan koordinasi, kita manfaatkan saja sekalian acara makan bersama yang biasa disebut munggahan," ucap Andi.
Sementara Opik, karyawan swasta mengungkapkan di kantornya masih ada acara munggahan. Kegiatan itu disambut gembira seluruh karyawan. Apalagi menu makannya berupa nasi kuning berbentuk tumpeng.