Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Para OB Merasa Kesepian

18 April 2020   09:29 Diperbarui: 18 April 2020   18:48 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang OB merasa kesepian karena banyak karyawan kerja di rumah. (foto: dok. pribadi)

Ternyata ada yang merasa kesepian di musim work from home (WFH). Siapa coba? Mereka yang merasa kesepian di musim WFH, di antaranya yang berprofesi sebagai office boy (OB). Sebagian besar dari mereka, lebih banyak melamunnya.

Dengan banyaknya karyawan yang kerja di rumah, perkantoran praktis jadi sepi. Walau masih ada satu dua orang yang berangkat ke kantor, tetap saja suasana kantor tidak seperti biasanya. Tidak ada lalu lalu orang ke toilet. Tidak terdengar bunyi ketikan di keyboard komputer. Apalagi gelak tawa efek dari becanda sesama karyawan. Yang ada hening saja.

Cuma ada beberapa OB yang tetap diperintahkan stand by di kantor. Itu untuk jaga-jaga barangkali ada karyawan yang ngantor dan butuh bantuan. Tapi pada praktiknya, sedikit saja yang bisa dikerjakan OB. Mereka cuma bisa menunggu di ruangan dapur.

Ari Nurhakim, seorang OB perusahaan swasta menuturkan, sudah hampir dua bulan dirinya tidak punya gawe. Sedikit saja kesibukan yang bisa dilakukan, Itu terkait kebijakan perusahaan dia tempat bekerja, yang sudah menerapkan aturan sebagian karyawannya bekerja di rumah.

"Memang sebagian karyawan sudah tidak ngantor lagi. Lebih banyak kerja di rumah. Saya sendiri diperintahkan agar tetap jaga di kantor. Soalnya masih ada saja yang maksa kerja di kantor. Katanya ada beberapa hal yang tidak bisa diselesaikan dir rumah. Yang ngantor juga, jarang minta bantuan saya," ucap Ari.

Karena tidak banyaknya karyawan yang bekerja di kantor, menurut Ari, air minum yang disediakan di dispencer pun tidak cepat habis. satu galon bisa beberapa hari. Kalau dulu, sehari bisa dua galon.

Suasana kantor yang ditinggalkan karyawan kerja di rumah. (foto: dok. pribadi)
Suasana kantor yang ditinggalkan karyawan kerja di rumah. (foto: dok. pribadi)
"Dulu sih ada saja yang teriak, minta ganti galon karena airnya sudah habis. Sekarang air galon masih penuh. Saya sudah lama tidak mengangkat galon. Santai banget sekarang kerjanya," kata Ari.

Demikian juga dengan Dodo, yang merasa lebih banyak duduk di dapur. Biasanya suka ada yang minta dibuatkan kopi atau teh manis. Tapi Dodo tetap menyiapkan air panas, jika sewaktu-waktu ada karyawan yang ngantor dan minta kopi, dia tidak repot memasak air.

"Takut sih nggak. Walau kantor sepi, ya tetap jaga kantor. Kalau tidak masuk, takut ditegur dan dapat kondite jelek. Cuma dari pagi masuk kantor hingga masuk jam pulang, bawaannya jadi ngantuk saja. Tidak tahu ini juga sampai kapan. Selama disuruh ke kantor, ya saya berangkat," ujar Dodo.

Perasaan tidak banyak gawe juga menghinggapi Saodah. Dia yang ditempati di bagian front office, biasanya sering diingatkan agar tetap menjaga lantai bersih. Sedikit saja lantai kotor, karena banyak karyawan yang lalu lalang, atau kedatangan tamu, Hani buru-buru mengepel lantai.

"Sekarang nggak ada karyawan, kalaupun ada yang masuk paling sedikit. Tamu juga sudah jarang. Jadi kalau pagi lantai sudah dipel, bersihnya awet sampai ke sore. Kalau dulu harus dijagain saja, setiap ada bekas tapak sepatu, buru-buru dipel. Pas diberlakukan kerja di rumah, mana ada yang lewat ruangan ini," ungkap Saodah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun