Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ibu-ibu Diam di Rumah, Penjualan Sapu Meningkat

17 April 2020   07:49 Diperbarui: 17 April 2020   07:55 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak dari kebijakan diam di rumah saja, membuat ibu-ibu jadi rajin bersih-bersih rumah. Semua kotoran seperti dikeluarkan dari rumah. Tidak boleh sampah yang terlihat di lantai. Sudah disapu lanjut dipel.

Tidak sedikit dari ibu-ibu akhirnya sadar, ternyata alat kebersihan di rumah sudah banyak yang rusak. Di situ mulai letak kebingungan. Mau melaksanakan kegiatan bersih-bersih, ternyata alat pendukungnya tidak bisa digunakan.

"Iya sudah lama, tidak bersih-bersih kolong ranjang. Di balik lemari juga jarang terjangkau. Selama ini hanya menyapu ruang tamu dan dapur. Kalau menyasar ke ruang tidur juga, tidak sampai bersih-bersih ke kolong ranjang. Eh pas giliran mau serius bebersih ke kolong ranjang, gagang sapu yang ada malah patah," kata Ibu Darwati.

Hal yang tidak jauh beda dialami Ibu Yani. Dia yang mau mengepel lantai atas rumahnya, terpaksa tertunda. Gagang pegangan lap pel yang dia miliki patah. Keruan saja alat tersebut tidak bisa digunakan.

Di tengah kebingungan para ibu-ibu, munculah Mang Dadang, penjual aneka perabot rumah tangga yang menggunakan mobil pick up. Mang Dadang yang asal Tasikmalaya itu suka berkeliling dari satu perumahan ke perumahan lainnya.

Pas terdengar suara dari mikrofon, "parabot...parabot...parabot", ibu-ibu bermunculan keluar rumah. Perabot rumah tangga yang dijajakan Mang Dadang sangat komplet. Segala macam kebutuhan yang diperlukan ibu-ibu untuk bebersih rumah tersedia.

Karena gerbang ditutup, penjual perabot rumah tangga terpaksa jalan mundur. (foto: dok. pribadi)
Karena gerbang ditutup, penjual perabot rumah tangga terpaksa jalan mundur. (foto: dok. pribadi)
Untuk jenis sapu saja, ada beberapa bentuk dan bahannya. Ada sapu terbuat dari plastik, ijuk, serabut bambu, sapu lidi, sampai sapu kekebas kasur. Baskom dan ember pun macam-macam ukurannya, dari yang kecil, sedang hingga besar.

Mang Dadang mengatakan, yang dia bawa bukan hanya sapu, ember, dan baskom. Tapi ada juga keranjang tempat baju, pengki, baki, sikat kamar mandi, gayung, tempat waduh sabun/odol hingga celengan. Semua bahannya terbuat dari plastik.

"Harga perabot rumah tangga yang paling murah Rp 10.000,00. Sedangkan yang paling mahal Rp 75.000,00. Harganya pasti lebih murah dibanding di toko atau pasar. Soalnya mamang langsung ngambil dari distributor," tutur Mang Dadang.

Ada yang berbaik hati
Usaha yang dilakoni Mang Dadang, sudah berjalan 10 tahun lebih. Kelilingnya hanya di kawasan Bandung Timur. Dari perumahan Margahayu, Sentosa, Riung Bandung, Adipura, Cempaka Arum hingga Panyileukan. Kawasan yang dituju, setiap harinya pindah-pindah.

Saat ini memang agak susah bagi Mang Dadang memasuki beberapa perumahan. Ada perumahan yang tidak memperkenankannya masuk. Tapi ada juga yang masih berbaik hati, dengan membuka pintu gerbang perumahan, dan Mang Dadang bisa menjajakan barang dagangannya.

"Kalau sekarang yang paling laris memang sapu. Mungkin banyak ibu-ibu yang sekarang diam di rumah dan rajin bersih-bersih. Mereka membutuhkan sapu. Makanya mamang berani membawa stok sapu cukup banyak. Mamang sudah diperkirakan banyak yang beli, eh ternyata benar," ucap Mang Dadang.

Setelah selesai transaksi dengan sejumlah pembeli, Mang Dadang berniat keliling lagi. Dia kembali di belakang kemudi dan hendak menjalankan mobil pick upnya.

Belum juga satu meter ke depan, dia diteriaki ibu-ibu. "Mang jalannya buntu. Pintu gerbangnya ditutup. Mundur lagi saja," beberapa ibu-ibu mengingatkan.

Terpaksalah Mang Dadang menjajakan barang dagangannya dengan cara memundurkan mobil. Tapi tidak apa-apa ya mang, mobil jalannya mundur, yang penting usahanya tetap maju.(Anwar Effendi)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun