Mang Mamat buru-buru mengambil sepeda bututnya. Dia gowes dari rumahnya di kawasan Babakan Cianjur, Sapan, Kabupaten Bandung. Menembus dinginnya pagi dan kabut belum menghilang.
"Pagi ini saya tetap harus berangkat. Tidak peduli harus menerobos banjir," mungkin begitu gumam Mang Mamat dalam hati.
Mang Mamat merupakan salah satu petugas pengangkut sampah di kompleks Riung Bandung, Kelurahan Derwati Kecamatan Rancasari Kota Bandung. Dia setiap hari melintas batas Kabupaten-Kota Bandung sejauh 5 kilometer. Cuma sepeda butut yang menemani dirinya, untuk berangkat ke tempat tugas.
Kalau cuaca lagi bagus dia asyik-asyik saja menggowes sepedanya. Cuma saat ini, di kawasan timur Bandung, curah hujan masih tinggi. Hampir terjadi setiap hari. Jalan yang dilintasi Mang Mamat sering menjadi langganan banjir.
Tapi mau bagaimana lagi, panggilan tugas sudah menanti. Kalau dia tidak berangkat dengan alasan banjir, itu akan menjadi catatan buruk. Sampah di kompleks Riung Bandung akan menumpuk. Bukan tidak mungkin, Mang Mamat akan kehilang pekerjaannya.
Begitulan dedikasi tinggi Mang Mamat, sebagai petugas pengangkut sampah. Walau honor yang diterima, jauh dari profesi lainnya, namun risiko Mang Mamat justru lebih tinggi. Tiap hari dia bergelut dengan sampah. Kotor pasti. Bau tidak bisa dihindari. Bibit penyakit pun bisa menghampiri.
Mang Mamat tak peduli apa itu wabah virus corona. Dia pokoknya harus bekerja. Mendatangi setiap rumah warga. Mengangkut semua sampah hingga tak tersisa. Kalau warga bahagia, itu artinya Mang Mamat sudah menyelesaikan tugasnya.
Mang Mamat mengaku, selain menerima honor bulanan dari pengurus RW, dirinya sering mendapat rezeki dari warga yang berbaik hati. Ada saja warga yang memberikan tips, jika sampahnya sudah diangkut. Pun demikian kalau menjelang hari raya Idulfitri, banyak warga yang memberikan THR secara pribadi.
Saat melaksanakan tugas mengangkut sampah, Mang Mamat ditemani rekannya, Mang Endang. Cuma Mang Endang rumahnya tidak jauh seperti Mang Mamat yang berada di Kabupaten Bandung. Mang Endang tinggal di Rancacili, yang masih dekat dengan kompleks Riung Bandung.
Dalam menjalankan tugasnya mengangkut sampah, Mang Mamat dan Mang Endang cukup kompak. Mereka sering bergantian mengambil peran.
Jika Mang Mamat menarik gerobak, berarti Mang Endang dari belakang mendorongnya. Atau sebaliknya jika yang menarik Mang Endang, maka Mang Mamat mendapat peran mendorong gerobak dari belakang.
Bagi Mang Mamat dan Mang Endang, aturan diam di rumah saja tidak berlaku. Kalau mereka tidak bekerja, bagaimana nasib sampah di kompleks Riung Bandung.
Mereka masih mendapat pengecualian bisa kemana-mana mengingat tugasnya cukup mulia. Mereka ingin kebersihan tetap terjaga.
Uniknya, walau mereka dibekali masker, kadang tidak digunakan semestinya. Mang Endang kadang-kadang masih pakai. Sementara Mang Mamat merasa ribet jika saat memunguti sampah harus pakai masker. Selama bertugas juga, mereka sudah terbiasa tidak menggunakan masker.
"Rasanya aneh jika harus pakai masker. Apalagi kalau mau merokok, pasti susah buka-buka masker. Sekalian saja tidak dipakai. Yang penting Mang Mamat merasa sehat. Doakan saja, tidak kurang apa pun," ucap Mang Mamat.
Ya sudahlah, kalau maunya begitu. Tetap sehat ya, Mang Mamat.(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H