Para buruh yang bekerja di pabrik genteng, makin bingung karena mereka tidak punya keahlian lain. Sejak turun temurun, di kawasan Jatiwangi warga di sana bekerja sebagai buruh pabrik genteng.
"Kalau pabrik masih produksi, saya biasanya bisa utang dulu. Istilahnya kasbon. Nanti di akhir bulan, tinggal dihitung kasbon saya berapa, dengan upah selama sebulan. Sekarang, pemilik pabrik mana mau beri kasbon, saya juga sudah tidak bekerja," tutur Jana, buruh pabrik lainnya.
Selain memproduksi genteng, di kawasan Jatiwangi, pabrik yang ada menghasilkan juga bata. Tapi tidak jauh beda dengan genteng, pesanan batu pun turun drastis.Â
Tanda-tanda kelesuan usaha genteng dan bata di Jatiwangi sebenarnya sudah terlihat secara sepintas. Sejumlah cerobong asap tempat pembakaran genteng dan bata di Jatiwangi, tidak mengebul lagi.
Pabriknya saja sudah tidak mengebul, bagaimana dengan dapur para buruhnya?(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H