Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bikin Bubur Candil Isi Susu Bubuk Cokelat

9 April 2020   07:33 Diperbarui: 9 April 2020   07:42 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulatan ubi jalar ungu diisi dulu dengan susu bubuk cokelat. | dokpri

Persedian makanan hasil beli di pasar swalayan mulai menipis. Sementara kebutuhan mengemil tak ada habis-habisnya. Yang tersisa pun kadang membosankan. Anak-anak mulai merengek kepada ibunya minta dibuatkan makanan yang lain daripada yang lain.

Munculah ide istri untuk membuat kuliner tradisonal selama stay at home. Anak-anak ditawarkan jenis makanan bubur candil. Kebetulan anak-anak juga sudah lama tidak jajan jenis makanan itu. Jadi cocoklah, antara keinginan anak-anak dan ide dari istri akhirnya nyambung.

Tapi bubur candil yang akan dibuat, sengaja berbeda dengan yang biasa dijual di pasaran. Ada sedikit inovasinya. Ini juga dimaksudkan agar cita rasanya tidak monoton.

Inovasi awal dimulai dari bahan baku utamanya. Ubi jalar yang dipilih bukan ubi jalar biasa. Tapi istri saya membeli ubi jalar dengan jenis warna ungu. Ubi jenis itu dipilih karena kandungan nutrinya lebih bagus, di samping warnanya unik.

dokpri
dokpri
Bulatan ubi jalar ungu diisi dulu dengan susu bubuk cokelat. | dokpri
Bulatan ubi jalar ungu diisi dulu dengan susu bubuk cokelat. | dokpri
Setelah dicuci bersih, ubi jalar warna ungu dikukus. Usai proses pengukusan, ubi tersebut dikupas kulitnya. Barulah masuk tahap penumbukan hingga halus.

Langkah berikutnya menyiapkan ubi yang sudah ditumbuk halus dijadikan bulatan-bulatan sebesar kelereng. Biar terjadi suasana kebersamaan, dilibatkan juga anak-anak membuat bulatan-bulatan dari ubi jalar.

Serasa mendapat mainan, anak-anak pun semangat membantu ibunya menyiapkan bulatan-bulatan sebesar kelereng. Tapi tunggu dulu, jangan asal membuat bulatan. Dari awal kan mau membuat bubur candil dengan inovasi baru. Kembali aksi coba-coba dilakukan, dengan cara ubi jalar yang mau dibikin bulatan, terlebih dahulu ditaburi susu bubuk cokelat.

Dasar anak-anak, niat membantu membuat bulatan sebesar kelereng banyak melesetnya. Ada yang sudah jadi, tapi bulatannya terlalu besar. Ada yang berhasil membuat bulatan kecil, tapi pas dihaluskan malah pecah di telapak tangan. Jadi saja bubuk susu cokelatnya keluar dari bulatan ubi. Tapi tidak masalah, yang penting kegiatan selama di rumah jadi menggembirakan.

Usai proses membuat bulatan, ubi yang sudah seperti kelereng itu didiamkan dulu. Masukan ke dalam kulkas. Anak-anak mulai nggak sabar dan protes. Padahal dengan dimasukannya bulatan ubi ke dalam kulkas dulu, dimaksudkan agar tidak pecah saat dimasukan ke air panas pada proses terakhir.

Ibu dan anak kompak membuat bubur candil. | dokpri
Ibu dan anak kompak membuat bubur candil. | dokpri
Kalau sudah dianggap cukup dalam proses pendinginan di kulkas, siap-siap untuk proses memasak pembuatan bubur candil. Sediakan air secukupnya dipanci kemudian dipanaskan. Campurkanlah gula secukupnya saja, jangan terlalu banyak karena ubi ungu sudah manis, kemudian di dalamnya juga berisi susu bubuk cokelat.

Ketika air sudah mendidih, masukanlah bulatan-bulatan ubi jalar warna ungu. Tunggu air hingga mengental. Selama proses memanaskan air dan ubi jalar hingga mengental, ada baiknya api kompor jangan terlalu besar. Matikan kompor jika sudah terlihat cairan air sudah mengental. Kalau sudah begitu bubur candil siap disantap.

Pada proses puncaknya, istri kembali membuat inovasi dalam penyajian. Jika pada umumnya bubur candil yang akan dimakan, ditambahkan campuran cairan santan, istri tidak melakukannya. Istri mencoba bubur candil itu dicampurkan cairan susu low fat. Anak-anak merasa cocok, dan bubur candil yang dibuat langsung habis.

Sekarang tinggal mikir lagi, besok bikin apa ya?(Anwar Effendi)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun