Imbas social distancing dan physical distancing menyasar semua sendi kehidupan. Mau beribadah, sekolah, kerja, sampai jualan, harus dilakukan di rumah. Pergerakan jadi terbatas.
Terbatasnya pergerakan itu, belakangan dikeluhkan beberapa supplier daging dan telur di Bandung. Sebagian besar mereka mengaku mengalami penurunan omzet secara drastis. Bahkan ada yang bilang usahanya terjun bebas. Kalaupun masih ada yang bertahan, pendapatannya mulai seret.
Salah satu pemasok daging, Rina Rianawati mengungkapkan, beberapa pihak yang sebelumnya minta pengiriman, praktis sekarang berhenti total. Sementara yang masih minta dipasok, jumlahnya tidak seperti biasa. Ada penurunan.
Rina selama ini memasok berbagai jenis daging. Di antaranya, daging wagyu untuk steak, slice suki lemak, slice suki tanpa lemak, yoshonoya sedikit lemak, sosis, daging iga, tulang iga, daging rendang, daging sandung lamur, kikil, dan paru. Biasanya yang minta pengiriman, merupakan pengelola rumah makan, kafe, dan katering.
Setelah kebijakan diam di rumah saja muncul terkait pencegahan virus corona, usaha yang dilakoni Rina mulai goyah. Pesanan dari rumah makan dan kafe mengalami penurunan secara bertahap. Sedangkan pengelola katering justru stop sama sekali.
"Dampak virus corona terasa sekali oleh saya. Omzet penjualan makin turun. Beberapa rumah makan dan kafe memang masih minta dikirim. Sementara dari katering tidak ada permintaan," ungkap Rina.
Jumlah pengunjung ke rumah makan dan kafe juga dipastikan menurun drastis. Cuma mereka masih bisa melayani secara online. Jadi pesanan daging tetap dikirim walau jumlahnya tidak sebanyak dulu.
Rina merasa beruntung, masih ada rekanan yang mau memesan untuk keperluan pribadi. Walau pesanan rekanan tidak sebanyak permintaan rumah makan atau kafe, Rina tetap melayani. Walau keuntungan lebih sedikit, namun itu sangat berarti ketidak tidak ada sama sekali pesanan.
"Saya kirim saja walau jumlah sedikitnya. Paling sekilo sampai dua kilogram. Sementara kalua untuk keperluan rumah makan dan kafe atau katering, biasanya mencapai 10 kilogram. Saya berharap, kondisi kembali normal dan usaha jadi lancar," ucapnya.
Hal yang sama dirasakan Billy sebagai pemasok telur. Semakin ke sini pemasokan telur makin terbatas. Pedagan di pasar, minta penundaan. Mereka juga mungkin khawatir kalau pesan banyak, tapi tidak ada pembeli yang datang ke pasar.